Setelah kurang lebih 3 jam diperjalanan, akhirnya gue dan temen-temen turun juga dari bis jelek tersebut. Kami melanjutkan perjalanan dengan taksi menuju kediaman kakaknya Dasril di asrama kebidanan. Tak lama Dasril memberhentikan taksi tersebut, kami kira kami telah sampai tempat tujuan tapi tiba-tiba menghentikan angkutan umum dan naik kedalamnya. Kami dengan heran bertanya, "Koq naik angkot lagi Sril? Emang belum sampai? Kenapa 'gak sekalian naik taksi?", "Masalahnya kalau naik taksi gue lupa tempatnya.", jawab Dasril kalem. Gubrak..
Akhirnya sampailah kami di tempat kakaknya Dasril di asrama kebidanan. Bentuk asramanya bertingkat dan lumayan bagus. Kamar berderet-deret seperti sebuah kost-kostan dan kami cukup malu kesana karena penghuninya merupakan wanita-wanita calon bidan sehingga kedatangan kami harus disambut sendiri oleh kakaknya Dasril. Leganya, kami pun memutuskan hari minggu itu untuk beristirahat karena besok kami harus melanjutkan perjalanan kami ke kampus calon bikokrat, STAN. Seharian itu kami habiskan dengan beristirahat dan menonton film dikamar kakaknya Dasril yang lumayan lengkap fasilitas hiburannya sedangkan Dasri dan kakaknya pergi ke suatu tempat yang sangat rahasia sehingga kami tidak tahu. Sore hari, Dasril dan kakaknya pulang membawa makanan. Mantaplah.
Kami menempati kamar kosong disebelah kamar kakaknya Dasril, kamarnya cukup luas menampung kami berenam. Untuk bersih-bersih sebelum tidur, kami harus menunggu agak malam karena tempat MCK-nya cuma 1. Kami takut lagi asyik-asyik dikamar mandi tiba-tiba ada wanita yang datang untuk bersih-bersih juga dan mungkin saja wanita tersebut akan terpesona melihat dada bidang kami. Kami memang sangat pemalu dengan makhluk yang namanya wanita. Setelah yakin agak sepi, gue keluar untuk sekedar menggosok gigi. Lagi asyik-asyik gosok gigi, tiba-tiba terdengar suara, "Ssst..Ssst." Gue celingak-celinguk mencari sumber suara dan ketika menoleh keatas, gue melihat dua orang wanita sedang senyum-senyum mengedipkan mata di lantai 2. Gue melirik kiri dan kanan gue, siapa tahu bukan gue yang mereka maksud, tapi tidak ada siapa-siapa disitu kecuali gue. "Cowok, kenalan dulu dunk.", kata dua wanita tersebut dari lantai 2. "Nama gue Adi.", kata gue sambil senyum-senyum menggoda. "Oh..Adi..", ulang mereka dengan serentak. "Ho'oh.", Gue udah seperti orang bego aja sambil memegang sikat gigi penuh odol.
"Ayo, sini dunk..Naik ke atas. Kita ngobrol-ngobrol diatas.", ajak mereka. Oh my God. Kali ini gue gemetaran, cepat-cepat gue menggosok gigi dan langsung masuk kedalam kamar tanpa menghiraukan panggilan menggoda mereka. Gue pun menceritakan kejadian barusan ke temen-temen gue yang tentu saja disambut dengan tawa oleh mereka.
Hari senin pun tiba, waktunya kami berangkat menuju Bintaro ke kampus calon birokrat untuk mendaftar. Dengan rute yang diberikan kakaknya Dasril di secarik kertas, kami penuh percaya diri mengikuti alur angkutan yang tertulis disana yang berujung pada arah tidak terduga yang dapat dikatakan tersasar. Kami sampai disebuah terminal dan mulai sibuk bertanya-tanya mengenai arah ke Kampus STAN, Bintaro.
"Permisi pak, arah ke STAN kemana yah??".
"STAN? apaan tuh??" Gubrak...
"Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pak."
"Oh Banjarnegara." Gubrak..
Langsung tanpa pikir panjang kami ucapkan terima kasih kepada bapak itu dan memutuskan untuk naik taksi saja. Kami pikir berenam ini sehingga bayarannya mungkin tidak akan terlalu mahal. Dengan postur terbesar, gue dapat kehormatan untuk duduk didepan sedangkan yang lain berlima duduk dibelakang saling pangku. Dan setelah sekian lama berjalan, kami sampai juga di kampus calon birokrat tersebut dan mulai mendaftar untuk mengikuti ujian masuknya yang akan diselenggarakan sebulan lagi. Kami mendapat tempat tes di Gelora Bung Karno yang kami sendiri tidak tahu tampatnya waktu itu tapi santailah namanya juga berpetualang. Sesudah mendaftar, kami memutuskan berkeliling ke pusat kota dan setelah bertanya-tanya maka tujuan kami selanjutnya adalah ke Blok M. Sepanjang perjalanan di angkutan umum baskoro mengeluh, "Man, gue mau BAB neh.". Rupanya tadi pagi dia tidak bisa BAB sehingga baru kerasa sekarang efeknya. "Sabar aja bas, entar kalau sudah ditempat kakaknya Dasril aja.", jawab kami tanpa memperhatikan mukanya yang sudah makin jelek akibat efek menahan BAB. Baskoro hanya bisa terdiam di dalam angkutan umum tersebut sepanjang jalan menuju Blok M.
Tiba-tiba, karena sudah tidak mampu menahan BAB lagi, Baskoro melompat dari angkutan umum ketika angkutan tersebut melambat. Gue dan temen-temen yang lain kaget bukan kepalang. Kami pun ikut turun dan mengejar Baskoro yang sudah lari-lari tidak karuan mencari WC. Gue dibelakang teriak-teriak sambil mengejar dia, "Bas, Loe tahu WC umum dimana???".
"Kagak.", katanya sambil terus lari-lari. Gubrak...
"Bas, berhenti woy.", kata yang lain. Baru kemudian dia berhenti berlari dan duduk meringis.
"Loe ini Bas, bukannya ngomong-ngomong dulu, entar khan kita cari sama-sama."
Akkhirnya di Bank Mandiri lah Baskoro menuntaskan hajatnya, setelah mencari-cari WC umum namun tidak ketemu. Setelah keluar dari WC, muncullah Baskoro dengan wajah berseri-seri karena berhasil menuntaskan hajatnya dengan cukup merepotkan kami. Kami pun memutuskan untuk makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Blok M. Gue dan temen-temen memesan gado-gado dan soto di warung-warung tenda, berharap dapat harga yang semurah mungkin. Gado-gado dan soto itu pun kami santap dengan nikmat di tengah teriknya kota Jakarta. Namun, gado-gado dan soto sudah hampir habis, minum tak kunjung datang, mana rasanya pedas sekali. Kami pun saling lirik dan memastikan bahwa minum pun kami harus beli. Kami sengaja membeli air mineral, lagi-lagi supaya murah. Namun yang datang adalah air mineral dengan kemasan botol beling dan harganya sebotol tiga ribu rupiah. Oh my God.. Kami akhirnya hanya pesan minum beberapa botol dibagi orang enam dan ketika bayar ternyata harga gado-gado seporsi itu lima ribu rupiah kawan, yang pada saat itu di Bandar Lampung hanya tiga ribu rupiah dan sudah dapat minum pula. Kami yang notabene pencinta kehematan hanya bisa menggelengkan kepala saja. HIdup di Ibukota memang berat kawan. Setelah berkeliling di beberapa tempat akhirnya kami memutuskan untuk pulang kembali ke tempat kakaknya Dasril untuk beristirahat dan kembali ke Bandar Lampung keesokan harinya.
Petualangan ini menyimpan banyak cerita dan pelajaran bagi kami semua. Dan seperti biasa, akhir dari sebuah petualangan merupakan awal dari petualangan selanjutnya.
Akhirnya sampailah kami di tempat kakaknya Dasril di asrama kebidanan. Bentuk asramanya bertingkat dan lumayan bagus. Kamar berderet-deret seperti sebuah kost-kostan dan kami cukup malu kesana karena penghuninya merupakan wanita-wanita calon bidan sehingga kedatangan kami harus disambut sendiri oleh kakaknya Dasril. Leganya, kami pun memutuskan hari minggu itu untuk beristirahat karena besok kami harus melanjutkan perjalanan kami ke kampus calon bikokrat, STAN. Seharian itu kami habiskan dengan beristirahat dan menonton film dikamar kakaknya Dasril yang lumayan lengkap fasilitas hiburannya sedangkan Dasri dan kakaknya pergi ke suatu tempat yang sangat rahasia sehingga kami tidak tahu. Sore hari, Dasril dan kakaknya pulang membawa makanan. Mantaplah.
Kami menempati kamar kosong disebelah kamar kakaknya Dasril, kamarnya cukup luas menampung kami berenam. Untuk bersih-bersih sebelum tidur, kami harus menunggu agak malam karena tempat MCK-nya cuma 1. Kami takut lagi asyik-asyik dikamar mandi tiba-tiba ada wanita yang datang untuk bersih-bersih juga dan mungkin saja wanita tersebut akan terpesona melihat dada bidang kami. Kami memang sangat pemalu dengan makhluk yang namanya wanita. Setelah yakin agak sepi, gue keluar untuk sekedar menggosok gigi. Lagi asyik-asyik gosok gigi, tiba-tiba terdengar suara, "Ssst..Ssst." Gue celingak-celinguk mencari sumber suara dan ketika menoleh keatas, gue melihat dua orang wanita sedang senyum-senyum mengedipkan mata di lantai 2. Gue melirik kiri dan kanan gue, siapa tahu bukan gue yang mereka maksud, tapi tidak ada siapa-siapa disitu kecuali gue. "Cowok, kenalan dulu dunk.", kata dua wanita tersebut dari lantai 2. "Nama gue Adi.", kata gue sambil senyum-senyum menggoda. "Oh..Adi..", ulang mereka dengan serentak. "Ho'oh.", Gue udah seperti orang bego aja sambil memegang sikat gigi penuh odol.
"Ayo, sini dunk..Naik ke atas. Kita ngobrol-ngobrol diatas.", ajak mereka. Oh my God. Kali ini gue gemetaran, cepat-cepat gue menggosok gigi dan langsung masuk kedalam kamar tanpa menghiraukan panggilan menggoda mereka. Gue pun menceritakan kejadian barusan ke temen-temen gue yang tentu saja disambut dengan tawa oleh mereka.
Hari senin pun tiba, waktunya kami berangkat menuju Bintaro ke kampus calon birokrat untuk mendaftar. Dengan rute yang diberikan kakaknya Dasril di secarik kertas, kami penuh percaya diri mengikuti alur angkutan yang tertulis disana yang berujung pada arah tidak terduga yang dapat dikatakan tersasar. Kami sampai disebuah terminal dan mulai sibuk bertanya-tanya mengenai arah ke Kampus STAN, Bintaro.
"Permisi pak, arah ke STAN kemana yah??".
"STAN? apaan tuh??" Gubrak...
"Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pak."
"Oh Banjarnegara." Gubrak..
Langsung tanpa pikir panjang kami ucapkan terima kasih kepada bapak itu dan memutuskan untuk naik taksi saja. Kami pikir berenam ini sehingga bayarannya mungkin tidak akan terlalu mahal. Dengan postur terbesar, gue dapat kehormatan untuk duduk didepan sedangkan yang lain berlima duduk dibelakang saling pangku. Dan setelah sekian lama berjalan, kami sampai juga di kampus calon birokrat tersebut dan mulai mendaftar untuk mengikuti ujian masuknya yang akan diselenggarakan sebulan lagi. Kami mendapat tempat tes di Gelora Bung Karno yang kami sendiri tidak tahu tampatnya waktu itu tapi santailah namanya juga berpetualang. Sesudah mendaftar, kami memutuskan berkeliling ke pusat kota dan setelah bertanya-tanya maka tujuan kami selanjutnya adalah ke Blok M. Sepanjang perjalanan di angkutan umum baskoro mengeluh, "Man, gue mau BAB neh.". Rupanya tadi pagi dia tidak bisa BAB sehingga baru kerasa sekarang efeknya. "Sabar aja bas, entar kalau sudah ditempat kakaknya Dasril aja.", jawab kami tanpa memperhatikan mukanya yang sudah makin jelek akibat efek menahan BAB. Baskoro hanya bisa terdiam di dalam angkutan umum tersebut sepanjang jalan menuju Blok M.
Tiba-tiba, karena sudah tidak mampu menahan BAB lagi, Baskoro melompat dari angkutan umum ketika angkutan tersebut melambat. Gue dan temen-temen yang lain kaget bukan kepalang. Kami pun ikut turun dan mengejar Baskoro yang sudah lari-lari tidak karuan mencari WC. Gue dibelakang teriak-teriak sambil mengejar dia, "Bas, Loe tahu WC umum dimana???".
"Kagak.", katanya sambil terus lari-lari. Gubrak...
"Bas, berhenti woy.", kata yang lain. Baru kemudian dia berhenti berlari dan duduk meringis.
"Loe ini Bas, bukannya ngomong-ngomong dulu, entar khan kita cari sama-sama."
Akkhirnya di Bank Mandiri lah Baskoro menuntaskan hajatnya, setelah mencari-cari WC umum namun tidak ketemu. Setelah keluar dari WC, muncullah Baskoro dengan wajah berseri-seri karena berhasil menuntaskan hajatnya dengan cukup merepotkan kami. Kami pun memutuskan untuk makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Blok M. Gue dan temen-temen memesan gado-gado dan soto di warung-warung tenda, berharap dapat harga yang semurah mungkin. Gado-gado dan soto itu pun kami santap dengan nikmat di tengah teriknya kota Jakarta. Namun, gado-gado dan soto sudah hampir habis, minum tak kunjung datang, mana rasanya pedas sekali. Kami pun saling lirik dan memastikan bahwa minum pun kami harus beli. Kami sengaja membeli air mineral, lagi-lagi supaya murah. Namun yang datang adalah air mineral dengan kemasan botol beling dan harganya sebotol tiga ribu rupiah. Oh my God.. Kami akhirnya hanya pesan minum beberapa botol dibagi orang enam dan ketika bayar ternyata harga gado-gado seporsi itu lima ribu rupiah kawan, yang pada saat itu di Bandar Lampung hanya tiga ribu rupiah dan sudah dapat minum pula. Kami yang notabene pencinta kehematan hanya bisa menggelengkan kepala saja. HIdup di Ibukota memang berat kawan. Setelah berkeliling di beberapa tempat akhirnya kami memutuskan untuk pulang kembali ke tempat kakaknya Dasril untuk beristirahat dan kembali ke Bandar Lampung keesokan harinya.
Petualangan ini menyimpan banyak cerita dan pelajaran bagi kami semua. Dan seperti biasa, akhir dari sebuah petualangan merupakan awal dari petualangan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar