Suatu waktu, gue membutuhkan sebatang bambu untuk keperluan di rumah. Susah banget gue mencari bambu yang segar di tengah hingar bingar ibukkota Bandar Lampung ini. Beruntung gue teringat seorang pemuda yang mungkin bisa membantu gue menemukan batang bambu yang cocok. Gue pun mencoba menghubungi pemuda tersebut yang langsung di jawab dengan respon positif. Alhasil tanpa basi-basi, gue sudah berada di rumahnya untuk mencari batang bambu. Dalam benak gue, Pemuda itu hanya akan membantu mencari lokasi batang bambu itu saja dan selanjutnya merupakan tugas gue, seperti menebang, membersihkan, dan memotong-motong batang bambu tersebut. Tapi bayangan gue keliru kawan, pemuda itu tidak hanya membantu menemukan lokasi batang bambu namun juga menebang, membersihkan dan memotong-motong bambu tersebut sehingga lebih rapi dan memungkinkan dibawa dengan kendaraan roda dua. Bukan sekedar membantu kawan tetapi dialah yang melakukan semua pekerjaan itu seolah-olah dialah yang membutuhkan bambu itu dan gue berada di situ hanya untuk membantunya. Gue mencoba menolak ketika dia merapikan dan mengikat potongan-potongan batang bambu tersebut, gue rasa gue mampu melakukannya sendiri. "Cuma pekerjaan mudah kawan. Apa seh yang 'enggak buat temen baik.", jawab pemuda tersebut ketika gue berusaha menolak. Tersentak perasaan gue kawan. Mungkin sepele bagi kalian tapi ini sungguh besar artinya bagi gue kawan. Inilah sosok sahabat yang telaten memikirkan arti persahabatan yang merupakan pesonanya tersendiri.
Jendro Trikrisnantoko, nama seorang pemuda pencinta olah raga ini. Dilihat dari namanya tentu kita bisa menebak kalau pemuda ini keturunan suku Jawa. Seperti kebanyakan orang jawa lainnya, pemuda ini terdidik dalam tata krama keluarga. Dari pemuda inilah gue belajar untuk berlaku lebih sopan, seperti makan jangan terlalu berisik, jangan kentut di depan umum, dan lain-lain. Walaupun sebenarnya arti sopan itu selalu berbeda antara kebudayaan satu dengan yang lain. Tetapi sayang kawan, terlalu banyak bergaul bersama gue dan temen-temen menimbulkan efek yang sangat buruk baginya. Kebiasaan guntur yang kentut di sembarang tempat seolah-olah merupakan penyakit yang menular sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, sering terbawa untuk kentut di depan umum tapi masih dalam batasan wajar, yang tidak wajar adalah kalau gue dan temen-temen pasti ada yang memancing untuk perang kentut dan hal itu pasti terjadi. Dari pemuda ini kami belajar falsafah baru dalam dunia keluarga besar, tamu adalah raja. Maksudnya jika kami bertamu ke rumah salah satu dari kami maka tuan rumah terkadang harus menyiapkan makanan, tentu ini tidak mutlak dan tamu juga bisa menganggap rumah gue ya rumah loe juga. Rumah Jendro merupakan basecamp gue dan temen-temen untuk nongkrong pulang sekolah atau berkumpul bila hendak merencanakan sesuatu hal. Rumah Jendro dekat dengan sekolah kami karena itu kami sering main kesana. Rumah ini juga sangat terbuka untuk kami. Terkadang bila gue, imam, baskoro, andre, dan temen-temen lain kebelet untuk BAB, tempat yang menjadi tujuan kami pasti WC dirumah Jendro, mana sudi kami meletakkan kenikmatan kami pada WC sekolah yang mempunyai bau tidak sedap, efek dari pemuda-pemuda puber nan jorok. Pernah ada kejadian lucu, ceritanya Imam dan Andre sangat kebelet sekali untuk BAB maka mereka pun mencegat Jendro yang baru sampai sekolah pada pagi hari itu. Mereka pun meminta izin kepada Jendro untuk BAB dtempatnya yang tentu saja harus ditemani oleh tuan rumah. Dengan perasaan sangat bernafsu maka berangkatlah mereka menuju lokasi pembuangan hajat, yaitu WC rumah Jendro. Selesai menuntaskan hasrat terpendam itu yang didahului pertengkaran kecil untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu BAB karena WC-nya cuma satu, mereka pun buru-buru kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Ternyata Pak Ipul, guru matematika, sudah memulai pelajarannya dan dengan tersipu-sipu mereka bertiga masuk kekelas dan meminta izin agar dapat mengikuti pelajaran tersebut. "Dari mana kalian?", tanya Pak Ipul. "Dari BAB di tempat Jendro, pak.", jawab Imam dan Andre malu-malu. "Bagus, silahkan lanjutkan BAB-nya diluar." perintah Pak Ipul sekenanya. Jadilah mereka duduk manyun di luar karena tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran matematika pada hari itu hanya gara-gara masalah BAB. Tapi itu tidak masalah bagi pemuda berinisial J ini Kawan. Baginya cukup bisa menolong teman saja dia sudah senang.
Di rumah itu juga sebagian dari jiwa kami dibesarkan. Ibunya selalu ramah kepada kami dan selalu menyediakan makanan yang enak buat kami. Kalian harus mencicipi masakan tersebut terutama sambal buatan ibunya. Itulah salah satu harta berharga bagi gue ketika itu. Percayalah kawan, tidak ada basecamp lain semenarik tempat kami berkumpul ini.
Kawan, manusia tidak ada yang sempurna. Mereka dikaruniai kelebihan di satu dan kekurangan di sisi lainnya. Janganlah berteman hanya karena kelebihannya saja melainkan lengkapilah kekurangannya dengan kelebihan kalian sebagaimana dia dan teman-teman yang lain melengkapimu.
Teruntuk sahabat yang selalu ada ketika gue membutuhkan bantuan dan siap memberikan pertolongan tanpa harus gue minta, teman pelengkap hidup, Jendro Trikrisnantoko.
Jendro Trikrisnantoko, nama seorang pemuda pencinta olah raga ini. Dilihat dari namanya tentu kita bisa menebak kalau pemuda ini keturunan suku Jawa. Seperti kebanyakan orang jawa lainnya, pemuda ini terdidik dalam tata krama keluarga. Dari pemuda inilah gue belajar untuk berlaku lebih sopan, seperti makan jangan terlalu berisik, jangan kentut di depan umum, dan lain-lain. Walaupun sebenarnya arti sopan itu selalu berbeda antara kebudayaan satu dengan yang lain. Tetapi sayang kawan, terlalu banyak bergaul bersama gue dan temen-temen menimbulkan efek yang sangat buruk baginya. Kebiasaan guntur yang kentut di sembarang tempat seolah-olah merupakan penyakit yang menular sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, sering terbawa untuk kentut di depan umum tapi masih dalam batasan wajar, yang tidak wajar adalah kalau gue dan temen-temen pasti ada yang memancing untuk perang kentut dan hal itu pasti terjadi. Dari pemuda ini kami belajar falsafah baru dalam dunia keluarga besar, tamu adalah raja. Maksudnya jika kami bertamu ke rumah salah satu dari kami maka tuan rumah terkadang harus menyiapkan makanan, tentu ini tidak mutlak dan tamu juga bisa menganggap rumah gue ya rumah loe juga. Rumah Jendro merupakan basecamp gue dan temen-temen untuk nongkrong pulang sekolah atau berkumpul bila hendak merencanakan sesuatu hal. Rumah Jendro dekat dengan sekolah kami karena itu kami sering main kesana. Rumah ini juga sangat terbuka untuk kami. Terkadang bila gue, imam, baskoro, andre, dan temen-temen lain kebelet untuk BAB, tempat yang menjadi tujuan kami pasti WC dirumah Jendro, mana sudi kami meletakkan kenikmatan kami pada WC sekolah yang mempunyai bau tidak sedap, efek dari pemuda-pemuda puber nan jorok. Pernah ada kejadian lucu, ceritanya Imam dan Andre sangat kebelet sekali untuk BAB maka mereka pun mencegat Jendro yang baru sampai sekolah pada pagi hari itu. Mereka pun meminta izin kepada Jendro untuk BAB dtempatnya yang tentu saja harus ditemani oleh tuan rumah. Dengan perasaan sangat bernafsu maka berangkatlah mereka menuju lokasi pembuangan hajat, yaitu WC rumah Jendro. Selesai menuntaskan hasrat terpendam itu yang didahului pertengkaran kecil untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu BAB karena WC-nya cuma satu, mereka pun buru-buru kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Ternyata Pak Ipul, guru matematika, sudah memulai pelajarannya dan dengan tersipu-sipu mereka bertiga masuk kekelas dan meminta izin agar dapat mengikuti pelajaran tersebut. "Dari mana kalian?", tanya Pak Ipul. "Dari BAB di tempat Jendro, pak.", jawab Imam dan Andre malu-malu. "Bagus, silahkan lanjutkan BAB-nya diluar." perintah Pak Ipul sekenanya. Jadilah mereka duduk manyun di luar karena tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran matematika pada hari itu hanya gara-gara masalah BAB. Tapi itu tidak masalah bagi pemuda berinisial J ini Kawan. Baginya cukup bisa menolong teman saja dia sudah senang.
Di rumah itu juga sebagian dari jiwa kami dibesarkan. Ibunya selalu ramah kepada kami dan selalu menyediakan makanan yang enak buat kami. Kalian harus mencicipi masakan tersebut terutama sambal buatan ibunya. Itulah salah satu harta berharga bagi gue ketika itu. Percayalah kawan, tidak ada basecamp lain semenarik tempat kami berkumpul ini.
Kawan, manusia tidak ada yang sempurna. Mereka dikaruniai kelebihan di satu dan kekurangan di sisi lainnya. Janganlah berteman hanya karena kelebihannya saja melainkan lengkapilah kekurangannya dengan kelebihan kalian sebagaimana dia dan teman-teman yang lain melengkapimu.
Teruntuk sahabat yang selalu ada ketika gue membutuhkan bantuan dan siap memberikan pertolongan tanpa harus gue minta, teman pelengkap hidup, Jendro Trikrisnantoko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar