metafora kehidupan

metafora kehidupan
cara pandang kita menentukan pikiran kita

Minggu, 28 Februari 2010

Antara Gue, Loe, dan Kalian

Semua tulisan yang gue sudah atau akan terus gue buat adalah cerminan dari perasaan gue. Bukan ingin merasa hebat, bijak, atau sekedar mendayu-dayu, melainkan lebih pada penekanan untuk mengingatkan diri gue sendiri akan konsekuensi dan kompensasi dari suatu perbuatan atau malah sekedar menuangkan pemikiran hasil dari imajinasi. Masalah benar dan salah itu adalah persepsi dari berbagai macam sudut pandang orang yang menilainya. Karena gue berpikir tidak ada yang mutlak benar dan salah bila menyangkut perasaan. Gue sangat bersyukur kalau ada seseorang yang membaca tulisan gue dapat mengambil hikmah atau hanya sekedar tertawa ataupun tersenyum bila mengetahui kekonyolan gue dan temen-temen dari tulisan yang gue buat. Gue bukan makhluk sempurna atau pria tanpa cela, gue hanya ingin hidup lebih baik sesuai dengan kodrat manusia, tidak terpikir sedikit pun untuk menggurui orang mengenai suatu hal. Gue senang bila semua temen-temen gue atau cukup orang yang gue kenal hidup lebih baik bahkan mungkin lebih baik dari gue sendiri. Gue juga cukup senang untuk jadi batu pijakan kalian dalam meraih mimpi untuk membuktikan pada dunia bahwa kita semua memang istimewa, unik, dan satu-satunya. Takkan ada penyesalan untuk itu. Teruslah berjuang, Cermin kebahagiaan dan perjuangan kalian terpatri kuat di hati gue, kawan.

Sabtu, 27 Februari 2010

Hanya Kenangan

Aku memang tidak sempurna
Bahkan jauh dari bayanganmu
Persepsimu pun tentang kata sempurna
Bukankah dulu sudah kubilang padamu

Aku bukan tidak mempunyai jawaban
Atau sekedar alasan untuk menjelaskan
Hanya satu rasa yang kuharap darimu
Percaya padaku menurut rasaku

Tapi tidak mengapa, Aku cukup bahagia
Mendengar semua tentangmu nun jauh disana
Kabar kebahagiaan yang kuharap ada
Dan mungkin tidak bisa kuberi walau aku disana

Bencilah
Dendamlah
Makilah
Selama itu bisa membuatmu terus maju

Aku tetap seperti dulu
Dengan geliat rindu menderu
Yang tidak akan pernah sempurna
Karena aku hanya manusia biasa

Senyumku Senyummu Juga

Tersenyum ketika perasaan lagi senang memang sangat mudah dilakukan. Rata-rata atau malah bahkan semua orang sanggup melakukannya. Tetapi bagaimana bila sedang menghadapi kesulitan? Apakah masih bisa dengan mudah tetap tersenyum?
Bila sedang menghadapi masalah memang kita, terutama gue, sangat susah untuk tersenyum. Terkadang kita beralasan bahwa kita membutuhkan seseorang untuk membuat kita tersenyum ketika sedang menghadapi masalah. Alasan itu tidak sepenuhnya dapat diterima. Berarti kita harus mencari orang yang bisa membuat kita tersenyum ketika kita sedang bergelut dengan masalah. Dimana kita bisa menemukan orang tersebut?? Beruntung jika orang seperti itu berada tidak jauh dari kita, bila jauh?? Apakah kita harus berusaha terus mencari orang tersebut sedangkan masalah kita akan semakin terbengkalai?? Tidak kawan, Seberat-berat kita menghadapi masalah tentu sudah ditakar proporsinya oleh Yang Di Atas sehingga tidak mungkin bagi kita untuk tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut bila kita mau berusaha.
Marilah kita tetap tersenyum ketika menghadapi masalah seberat apapun. InsyaAllah, pikiran akan tetap menjadi tenang dan kita akan mampu menyelesaikan masalah tersebut. Bila pun kita tidak sanggup atau berhenti untuk menyelesaikan suatu persoalan maka kita tidak akan rugi telah tersenyum karena senyum kalian telah mampu menghibur orang lain.
Bunga yang tumbuh di cuaca yang biasa saja maka ia hanyalah bunga biasa saja tetapi bunga yang mampu tumbuh di dalam cuaca yang ekstrim tentulah ia bunga yang luar biasa.
Bila tidak mampu membuat orang lain tersenyum karena keterbatasan kita maka cukuplah kita tersenyum untuknya.

Jumat, 26 Februari 2010

Momen sebuah pertanyaan

Makrab??
Malam keakraban??

Itu adalah acara dimana para peserta saling mengakrabkan diri atau sering diartikan sebagai malam dimana para senior menguji nyali para juniornya untuk mengetahui seberapa besar komitmen mereka ke depan. Biasanya acara ini diadakan ketika kita mulai memasuki sebuah jenjang pendidikan baru (baca : kuliah) atau ketika akan memasuki sebuah organisasi.

Gue pernah mengikuti acara makrab ini baik dengan nama yang sama atau dengan nama berbeda sekedar untuk menghilangkan paradigma negatif yang terlanjur timbul akibat penyalahgunaan wewenang oleh para senior. Gue pernah berada diposisi sebagai newbie atau junior sampai posisi tertinggi, geek atau senior. Ada pertanyaan yang selalu gue ajukan kepada junior ketika dalam posisi senior dan pertanyaan ini tidak pernah gue lupa, bukan karena susah, bukan karena konyol, tapi lebih kepada bobot yang terkandung dalam pertanyaan ini yang gue yakin tidak semua orang mampu menjawabnya ketika diajukan pertama kali.

"Apa sich kelebihan loe??"

Itulah pertanyaan gue.


Rata-rata yang gue tanya seperti itu menjawab, "Hal itu orang lain yang menilai, Kak."
Berarti rata-rata orang tidak berani mengungkapkan atau bahkan tidak mengetahui kelebihan apa sebenarnya yang mereka miliki. Paradigma yang ada malah menganggap bahwa orang lainlah yang pantas menilai kelebihan kita padahal siapa sich yang lebih mengenal diri kita kecuali diri kita sendiri. Bukan apa-apa kawan, tetapi dengan mengetahui kelebihan kita maka kita akan mampu menjelajahinya untuk menutupi kekurangan kita. Kita juga dapat menetapkan standard yang dapat dijadikan acuan untuk mencapai kesuksesan diri. Bahkan bila kita sudah mampu menganalisa kelebihan diri sendiri dan kekurangan saingan kita maka berarti kita sudah setangah menang perang kawan.

Setiap orang mempunyai potensi dan standard yang berbeda. Adalah tidak bijaksana bila kita saling membanding-bandingkan setiap orang. Karena bagi Gue, pemenang adalah orang yang dengan potensinya mampu melewati standardnya sendiri.

Mampukah kalian menjawab jika ada orang yang bertanya apa kelebihan yang kalian miliki???

Salam Rindu eh Salam Kenal...

Halo...

Gue termasuk new comer neh dalam dunia blog ini. Sebelumnya seh gue sering menulis terutama puisi untuk para wanita tapi sayangnya tidak pernah di publish terang-terangan dan mungkin tidak akan di publish mengingat rahasia perusahaan. Hehehehe , Entah kalau tiba-tiba gue berubah pikiran :hammer

Tulisan-tulisan yang gue posting sebelum ini adalah tulisan yang sebelumnya sudah gue buat makanya jangan kaget kalau dalam sekejap sudah ada 20 lebih :hammer

Gue berharap dengan tulisan gue ini gue dapat mengingat kembali kenangan-kenangan yang terjadi dalam hidup gue dan dapat mengambil pelajaran kembali atau malah sekedar menuangkan pemikiran anak bangsa yang mungkin bisa diambil hikmahnya bagi siapa pun yang membaca.

Salam, Wan Adi Baramega

Petualangan #4

Selanjutnya setelah menikmati makan siang, kami pun membuka oleh-oleh yang berhasil didapatkan dari Glodok. Kebetulan Dasril bawa VCD Player Portable untuk menonton film, sebenarnya gue agak heran, ni orang udah tahu kali ya bahwa kita bakalan beli film-film itu, soalnya dia bawa VCD Player tapi tidak bawa film apa pun, agaknya Dasril berbakat jadi peramal dech. Ternyata film b*k*pnya jelek banget, gue benar-benar tidak telalu suka. Sehabis nonton, Adi buru-buru ke kamar mandi. "Di, mau ngapain loe??", tanya gue. Hanya suara desiran air yang terdengar sebagai jawaban, dalam pikiran gue mungkin dia langsung mandi.

Malamnya, gue, Dasril, dan Adi main keluar menikmati udara malam Jakarta sedangkan yang lain belajar dan nonton TV. Kami bertiga bercerita-cerita dibawah langit malam sambil menikmati gorengan dan minuman dingin. Tidak lupa kami membelikan gorengan buat temen-temen di kamar. Entah karena trauma atau malu, kami sekarang naik turun lebih memilih menggunakan tangga. Acara selanjutnya adalah mandi bareng antara gue, Dasril, dan Adi dengan suara teriakan-teriakan tidak wajar. Kami beruntung tidak ada seorangpun yang menginap disebelah kamar kami sehingga tidak ada yang terganggu.

Berhubung besok kami harus berangkat pagi-pagi menuju Gelora Bung Karno, maka kami memutuskan tidur lebih cepat. Gue, Adi, dan Andre tidur dibawah sedangkan yang lain menikmati empuknya spring bed karena mereka sudah terlebih dahulu mengakuisisi spring bed tersebut. Tengah malam, tiba-tiba Dasril pindah tidur kebawah. Andre yang rupanya memang sangat menginginkan posisi di spring bed tanpa pikir panjang langsung tidur di tempat peninggalan Dasril. Plek.. Ternyata tepat di muka Andre (tidurnya tengkurap) ada genangan air liur yang ditinggalkan oleh Dasril. Genangan tersebut lebih mirip ompol daripada air liur karena sangat besar. Gue dan temen-temen lain yang kebetulan belum tidur tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Andre menikmati air liur dari Dasril.

Paginya kami berpacu dengan waktu. Kami berpikir pasti jalan menuju Gelora Bung Karno pasti macet karena banyak orang yang akan mengikuti tes tersebut. Dengan menyewa ojek, kami pun berpacu menuju Gelora Bung Karno. Sepanjang jalan gue memprovokasi tukang ojek, "Bang, jangan sampai ketinggalan sama mereka. Masa sama tukang ojek lain kalah seh.". Tukang ojek itu pun termakan pancingan gue sehingga dia melajukan motornya ibarat sedang mengikuti balapan Grand Prix. Dan benar saja, di Gelora Bung Karno ramai sekali orang-orang yang ingin berjuang memasuki kampus calon birokrat. Ternyata posisi duduk kami sangat mudah dicari sehingga tanpa cek lokasi pun mudah sekali menemukannya. Sambil menunggu waktu tes dimulai, kami pun memandang sekeliling dan betapa mengejutkan ketika kami melihat seorang pria gendut peserta tes sedang rangkul-rangkulan dan cium-ciuman mesra dengan seorang wanita yang sangat cantik. Mereka berdua ternyata merupakan peserta tes dan saling memberi semangat dengan sentuhan-sentuhan erotis yang sangat membuat kami iri. Bagaimana mungkin seorang pria yang notabene gendut dan tidak berbentuk mempunyai seorang wanita yang cantik nan sexy?? Ternyata benar, cinta tidak hanya melihat fisik seseorang, namun juga dilihat dari isi kantongnya. Ckckckck.

Selesai tes, kami pulang kembali ke wisma. Ternyata dalam perjalanan, kami salah tempat untuk turun dari angkutan umum. Yang mau tidak mau kami pun melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki untuk menghemat uang. Akhirnya sampai juga di depan Wisma Lampung tercinta, kami pun melihat kiri kanan untuk menyebrang jalan karena malas lewat jembatan penyebrangan. Lebih dari 10 menit kami menunggu tapi arus kendaraan tidak pernah sepi dan akhirnya jembatan penyebranganlah tujuan terakhir kami. Dengan gontai kami menuju jembatan penyebrangan diiringi senyum-senyum pedagang sekitar yang dari tadi memperhatikan kami. Taat peraturan nomor 1 dech. Sesampai di kamar, kami kaget mendapati kamar sudah rapi. Seprai spring bed sudah diganti sehingga mulus tidak ada noda dari Dasril, handuk yang kami jadikan keset sudah tidak ada dan digantikan oleh handuk baru, bahkan sampul-sampul VCD b*k*p yang semalam berantakan sudah tersusun dengan rapi. Busyet, jadi malu neh ketemu office boy yang merapikan kamar kami mana ada sampul-sampul VCD dan iler Dasril lagi.

Tidak berapa lama kami pun check out dari Wisma Lampung ternoda menuju Bandar Lampung tercinta. Yang Unik, uang Baskoro habis total sehingga ketika pulang dia sudah tidak memegang uang sama sekali dan meminjam uang untuk membeli makanan (karena uang buat ongkos pulang sudah dipegang Jendro) sedangkan gue dan temen-temen masih pada sisa. Gue heran :
1. Dia jarang jajan kecuali urunan beli VCD dan beli jeruk waktu di bis.
2. Dia tidak beli oleh-oleh lain sedangkan kami semua beli.
3. Uang kami rata-rata sama, 300ribuan.
Entahlah, biarkan itu jadi misteri terselubung karena orangnya sendiri pun tidak tahu uangnya kemana dan dipakai buat apa saja.

Beberapa minggu kemudian pengumuman keluar. Yang diterima cuma Andre di D1 Bea Cukai yang sayangnya tidak di ambil olehnya karena suatu sebab sedangkan kami tidak diterima. Sedangkan nasib VCD-VCD b*k*p itu, dipinjam sama Imam yang kemudian demi memperoleh keamanan saat ospek maka dia menyogok kakak tingkatnya dengan VCD-VCD itu. Parah dah..
Hidup adalah sebuah perjalanan dan perjalanan ini merupakan bagian dari hidup.
Memori perjalanan tidak terlupakan bersama para sahabat pada tahun 2005.

Petualangan #3

Petualangan dimulai kembali. Setelah dengan sukses mendaftar di kampus calon birokrat, gue, Baskoro, Andre, Jendro, Adi, dan Dasril berangkat kembali ke Jakarta untuk mengikuti ujian masuknya yang kebetulan tempat tesnya berada di Gelora Bung Karno. Berhubung tesnya diadakan pada hari Minggu, maka kami memutuskan untuk berangkat hari Jumat. Berangkatlah kami dengan penuh percaya diri karena sebelumnya sudah pernah berpetualang kesana. Kami takkan mengulangi kesalahan kami seperti perjalanan pertama bukankah dalam hidup kita harus belajar untuk lebih baik lagi dari yang kemarin. Perjalanan sampai ke Pelabuhan Merak aman sentausa. Kami sudah tidak mempan lagi dengan calo-calo dan tentu saja kali ini kami mendapat bis yang bagus, Arimbi AC. Uniknya kami semua membawa ongkos yang rata-rata sama yaitu, 300ribu rupiah. Diperjalanan Baskoro berbaik hati menawarkan untuk membeli jeruk buat kami semua yang kami sambut dengan suka cita. Nikmat sekali jeruk pemberian seorang sahabat.

Kali ini tujuan kami adalah Wisma Lampung karena jika pelanggan dari daerah Lampung dapat diskon spesial dan juga lokasinya tidak terlalu jauh dari Gelora BUng Karno. Setelah menempuh perjalanan panjang sampailah kami ke Wisma Lampung. Dan tak lama setelah mengurus administrasi, kami pun tiba di lantai 3, tampat kamar kami berada. Kami merilekskan badan sejenak menikmati fasilitas Wisma yang menurut kami lumayan mewah. Sayangnya, sifat kami masih seperti orang yang turun gunung alias kampungan. Kami main siram-siraman air di kamar mandi yang menyebabkan kamar mandi becek dan untuk mengeringkannya kami terpaksa menggunakan handuk dari wisma. Berhubung handuk wisma tersebut sudah kotor maka sekalian kami jadikan keset di kamar mandi karena tidak ada keset di kamar mandi dan kebetulan kami bawa handuk masing-masing.

kurang lebih beginilah gaya Baskoro sebelum melompat didalam lift.
Besoknya, hari Sabtu, kami berpikiran untuk menjenguk lokasi ujian sekalian mengetahui posisi duduk masing-masing. Kami keluar kamar dengan pakaian rapi dan gagah plus semerbak wangi minyak nyong-nyong dan dengan sombong kami memilih untuk turun melalui lift daripada turun tangga. Kami bercanda ria didalam lift tapi tiba-tiba, entah kenapa, Baskoro melompat dalam lift sehingga lift tersebut mendadak berhenti di lantai 1,5. Matilah kami, terbayang bagaimana korban-korban kecelakaan lift akibat macetnya sebuah lift. "Gara-gara loe si Bas.", hardik Dasril dengan emosi. Dan temen-temen yang lain pun pada emosi yang sebenarnya cuma sebagai pengalihan suatu perasaan yang sering kita sebut ketakutan. Sumpah, gue dan temen-temen ketakutan setengah mati. Gimana kalau lift ini jatuh? Gimana kalau tidak ada yang tahu kami terkurung disini? Dan berjuta kemungkinan terburuk lain pun terbayang dikepala kami. "Sudah semua tenang. Lebih baik kita menghemat udara disini.", kata Jendro yang langsung diiyakan oleh kami karena kami tidak tahu apa-apa hal mengenai terjebak di lift. Liftnya saja jarang-jarang naik. Dandanan ganteng kami pun berubah berantakan seiring berjalannya waktu. Sekitar 15 menit kemudian yang bagi kami seperti berjam-jam, pintu lift pun terbuka oleh para office boy. Mereka langsung menolong kami keluar dari lift yang berhenti di tengah-tengah lantai 1 dan lantai 2.
"Tadi ada yang lompat yah di dalam lift?", tanya seorang office boy. Kami pun sepakat melindungi harkat dan martabat kami sebagai orang-orang ganteng dengan bilang, "Tidak ada yang lompat koq mas. Liftnya tiba-tiba berhenti sendiri.". Si office boy cuma diam sambil mengernyitkan dahi tanda bahwa dia tidak percaya tapi itu tidak masalah bagi kami. Kami langsung berlari keluar untuk berangkat ke tujuan berikutnya, Gelora Bung Karno. Diperjalanan kami saling tertawa mengingat kejadian lucu tadi. Terbayang kembali ekspresi-ekspresi kami ketika terjebak di dalam lift dan tanpa sadar kami tertawa terbahak-bahak didalam bis.

Sayang sekali, sesampai disana, Gelora Bung Karno masih tutup. Daripada percuma sudah keluar, maka kami memutuskan untuk jalan-jalan seputaran Jakarta naik bis Transjakarta. Tempat yang menarik perhatian kami adalah Glodok. Katanya disana menjual barang-barang dengan harga yang lumayan murah. Sesampai disana kami pun berkeliling ke pertokoan Glodok. Andre malah sempat berpikiran untuk membeli HP baru disana tapi sayang tidak jadi karena masih sayang dengan 6600-nya. Di lantai puncak kami sangat terkejut karena disana berisi penjual-penjual VCD bajakan yang sangat banyak dan lebih terkejut lagi ternyata VCD yang dijual adalah VCD b*k*p. Dasar jiwa muda bin mesum, kami sepakat untuk urunan membeli beberapa keping VCD untuk konsumsi pribadi dan tidak diperjuallbelikan kembali. Kami beringsut pulang ke Wisma begitu lewat tengah hari karena sudah tidak tahan lagi akan cuaca panas ibukota. Sebelum masuk ke wisma, Kami sempatkan untuk membeli nasi dan es buah karena memang di wisma kami hanya mendapat jatah makan pagi.

Menikmati makanan dan es buah diiringi kesejukan AC. Memorial hari Sabtu sore pada tahun 2005.

Petualangan #2

Setelah kurang lebih 3 jam diperjalanan, akhirnya gue dan temen-temen turun juga dari bis jelek tersebut. Kami melanjutkan perjalanan dengan taksi menuju kediaman kakaknya Dasril di asrama kebidanan. Tak lama Dasril memberhentikan taksi tersebut, kami kira kami telah sampai tempat tujuan tapi tiba-tiba menghentikan angkutan umum dan naik kedalamnya. Kami dengan heran bertanya, "Koq naik angkot lagi Sril? Emang belum sampai? Kenapa 'gak sekalian naik taksi?", "Masalahnya kalau naik taksi gue lupa tempatnya.", jawab Dasril kalem. Gubrak..
Akhirnya sampailah kami di tempat kakaknya Dasril di asrama kebidanan. Bentuk asramanya bertingkat dan lumayan bagus. Kamar berderet-deret seperti sebuah kost-kostan dan kami cukup malu kesana karena penghuninya merupakan wanita-wanita calon bidan sehingga kedatangan kami harus disambut sendiri oleh kakaknya Dasril. Leganya, kami pun memutuskan hari minggu itu untuk beristirahat karena besok kami harus melanjutkan perjalanan kami ke kampus calon bikokrat, STAN. Seharian itu kami habiskan dengan beristirahat dan menonton film dikamar kakaknya Dasril yang lumayan lengkap fasilitas hiburannya sedangkan Dasri dan kakaknya pergi ke suatu tempat yang sangat rahasia sehingga kami tidak tahu. Sore hari, Dasril dan kakaknya pulang membawa makanan. Mantaplah.
Kami menempati kamar kosong disebelah kamar kakaknya Dasril, kamarnya cukup luas menampung kami berenam. Untuk bersih-bersih sebelum tidur, kami harus menunggu agak malam karena tempat MCK-nya cuma 1. Kami takut lagi asyik-asyik dikamar mandi tiba-tiba ada wanita yang datang untuk bersih-bersih juga dan mungkin saja wanita tersebut akan terpesona melihat dada bidang kami. Kami memang sangat pemalu dengan makhluk yang namanya wanita. Setelah yakin agak sepi, gue keluar untuk sekedar menggosok gigi. Lagi asyik-asyik gosok gigi, tiba-tiba terdengar suara, "Ssst..Ssst." Gue celingak-celinguk mencari sumber suara dan ketika menoleh keatas, gue melihat dua orang wanita sedang senyum-senyum mengedipkan mata di lantai 2. Gue melirik kiri dan kanan gue, siapa tahu bukan gue yang mereka maksud, tapi tidak ada siapa-siapa disitu kecuali gue. "Cowok, kenalan dulu dunk.", kata dua wanita tersebut dari lantai 2. "Nama gue Adi.", kata gue sambil senyum-senyum menggoda. "Oh..Adi..", ulang mereka dengan serentak. "Ho'oh.", Gue udah seperti orang bego aja sambil memegang sikat gigi penuh odol.
"Ayo, sini dunk..Naik ke atas. Kita ngobrol-ngobrol diatas.", ajak mereka. Oh my God. Kali ini gue gemetaran, cepat-cepat gue menggosok gigi dan langsung masuk kedalam kamar tanpa menghiraukan panggilan menggoda mereka. Gue pun menceritakan kejadian barusan ke temen-temen gue yang tentu saja disambut dengan tawa oleh mereka.
Hari senin pun tiba, waktunya kami berangkat menuju Bintaro ke kampus calon birokrat untuk mendaftar. Dengan rute yang diberikan kakaknya Dasril di secarik kertas, kami penuh percaya diri mengikuti alur angkutan yang tertulis disana yang berujung pada arah tidak terduga yang dapat dikatakan tersasar. Kami sampai disebuah terminal dan mulai sibuk bertanya-tanya mengenai arah ke Kampus STAN, Bintaro.
"Permisi pak, arah ke STAN kemana yah??".
"STAN? apaan tuh??" Gubrak...
"Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pak."
"Oh Banjarnegara." Gubrak..
Langsung tanpa pikir panjang kami ucapkan terima kasih kepada bapak itu dan memutuskan untuk naik taksi saja. Kami pikir berenam ini sehingga bayarannya mungkin tidak akan terlalu mahal. Dengan postur terbesar, gue dapat kehormatan untuk duduk didepan sedangkan yang lain berlima duduk dibelakang saling pangku. Dan setelah sekian lama berjalan, kami sampai juga di kampus calon birokrat tersebut dan mulai mendaftar untuk mengikuti ujian masuknya yang akan diselenggarakan sebulan lagi. Kami mendapat tempat tes di Gelora Bung Karno yang kami sendiri tidak tahu tampatnya waktu itu tapi santailah namanya juga berpetualang. Sesudah mendaftar, kami memutuskan berkeliling ke pusat kota dan setelah bertanya-tanya maka tujuan kami selanjutnya adalah ke Blok M. Sepanjang perjalanan di angkutan umum baskoro mengeluh, "Man, gue mau BAB neh.". Rupanya tadi pagi dia tidak bisa BAB sehingga baru kerasa sekarang efeknya. "Sabar aja bas, entar kalau sudah ditempat kakaknya Dasril aja.", jawab kami tanpa memperhatikan mukanya yang sudah makin jelek akibat efek menahan BAB. Baskoro hanya bisa terdiam di dalam angkutan umum tersebut sepanjang jalan menuju Blok M.
dengan berlari mungkin dapat melupakan rasa sakit menahan BAB..

Tiba-tiba, karena sudah tidak mampu menahan BAB lagi, Baskoro melompat dari angkutan umum ketika angkutan tersebut melambat. Gue dan temen-temen yang lain kaget bukan kepalang. Kami pun ikut turun dan mengejar Baskoro yang sudah lari-lari tidak karuan mencari WC. Gue dibelakang teriak-teriak sambil mengejar dia, "Bas, Loe tahu WC umum dimana???".
"Kagak.", katanya sambil terus lari-lari. Gubrak...
"Bas, berhenti woy.", kata yang lain. Baru kemudian dia berhenti berlari dan duduk meringis.
"Loe ini Bas, bukannya ngomong-ngomong dulu, entar khan kita cari sama-sama."
Akkhirnya di Bank Mandiri lah Baskoro menuntaskan hajatnya, setelah mencari-cari WC umum namun tidak ketemu. Setelah keluar dari WC, muncullah Baskoro dengan wajah berseri-seri karena berhasil menuntaskan hajatnya dengan cukup merepotkan kami. Kami pun memutuskan untuk makan dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Blok M. Gue dan temen-temen memesan gado-gado dan soto di warung-warung tenda, berharap dapat harga yang semurah mungkin. Gado-gado dan soto itu pun kami santap dengan nikmat di tengah teriknya kota Jakarta. Namun, gado-gado dan soto sudah hampir habis, minum tak kunjung datang, mana rasanya pedas sekali. Kami pun saling lirik dan memastikan bahwa minum pun kami harus beli. Kami sengaja membeli air mineral, lagi-lagi supaya murah. Namun yang datang adalah air mineral dengan kemasan botol beling dan harganya sebotol tiga ribu rupiah. Oh my God.. Kami akhirnya hanya pesan minum beberapa botol dibagi orang enam dan ketika bayar ternyata harga gado-gado seporsi itu lima ribu rupiah kawan, yang pada saat itu di Bandar Lampung hanya tiga ribu rupiah dan sudah dapat minum pula. Kami yang notabene pencinta kehematan hanya bisa menggelengkan kepala saja. HIdup di Ibukota memang berat kawan. Setelah berkeliling di beberapa tempat akhirnya kami memutuskan untuk pulang kembali ke tempat kakaknya Dasril untuk beristirahat dan kembali ke Bandar Lampung keesokan harinya.

Petualangan ini menyimpan banyak cerita dan pelajaran bagi kami semua. Dan seperti biasa, akhir dari sebuah petualangan merupakan awal dari petualangan selanjutnya.

Petualangan #1

Manusia harus terus berjalan menyusuri kehidupan untuk melengkapi bagian puzzle kehidupannya. Setidaknya itulah yang kami lakukan ketika lulus SMA. Yak, kami berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan kodrat sebagai manusia.Kami hanya ingin membagikan kebahagiaan dan kebanggaan pada setiap orang yang menyayangi kami.


Berbekal dengan Surat Keterangan Lulus SMA, gue dan temen-temen memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta atau lebih tepatnya mencoba untuk masuk kedalam sebuah bagian birokrasi pemerintahan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Gue, Baskoro, Jendro, Andre, Adi, dan Dasril adalah para perantau tersebut. Kami memutuskan berangkat dari Bandar Lampung jam 11 malam dengan tujuan Tangerang terlebih dahulu karena disana tinggal kakak Dasril yang menjadi dosen di sebuah Akademi Kebidanan. Rencananya memang kami akan menginap disana terlebih dahulu karena kebetulan ada 1 kamar yang kosong di asrama para calon bidan tersebut. Yah kakaknya Dasril memang tinggal di asrama kebidanan yang dihuni oleh para wanita calon bidan.
Perjalanan dari Bandar Lampung menuju Pelabuhan Bakauheni sukses kami lewati. Begitu juga perjalanan ke Pelabuhan Merak, Banten. Nah, selanjutnya nasib kami ditentukan oleh secarik kertas penunjuk rute angkutan yang dipegang oleh Dasril. Begitu turun dari kapal, ratusan calo bis mendatangi kami sehingga kami sendiri kesulitan mencari bis menuju Kalideres sesuai rute kami.
"Bandung, bang?", tawar seorang calo yang langsung gue jawab dengan gelengan kepala. Dengan pengalaman kami yang minim berpetualang ke Jakarta tentu saja kami sangat bingung dengan kondisi seperti itu, yang kami tahu pada saat itu, tolak semua calo dan cari sendiri bisnya.
"Kampung rambutan, mas?", tanya seorang calo kepada Baskoro.
"Enggak mas, Kalideres.", jawab Baskoro, tiba-tiba calo tersebut berteriak kepada temen-temennya, "Woy, ini ke Kalideres."
Serombongan calo langsung datang ke arah kami, Gue dan temen-temen mati-matian bertahan dari serbuan tersebut seolah-olah boy band yang sedang diserbu penggemar dengan satu tujuan, cari bis sendiri. Tapi malang sekali, Dasril terpegang oleh seorang calo dan diseret ke suatu bis. Sekuat tenaga Dasril melawan tapi datang lagi seorang calo memegang tangannya yang satu lagi sehingga saat itu posisi Dasril tidak lagi diseret melainkan di angkat dengan calo-calo memegang kedua tangannya bak pria hidung belang yang tertangkap razia dan menolak untuk ditangkap sehingga harus di angkat. Pasrahlah dia dimasukkan kedalam suatu bis ekonomi yang sangat jelek sekali. Kami yang mati-matian mempertahankan kehormatan langsung menyerah kalah kepada para calo begitu melihat pemimpin jalan kami sudah tidak berdaya lagi. Ternyata para calo ini mengerti mengenai teknik perang Sun Tzu, untuk mengalahkan sebuah pasukan, sekuat apa pun pasukan itu, cukup taklukkan saja pemimpinnya maka pasukannya pasti dapat dengan mudah dikalahkan. Kami berlima pun beringsut memasuki bis jelek tersebut dan kebetulan hanya gue, Adi dan Dasril sendiri yang dapat duduk itupun diposisi paling belakang, yang lain termasuk Baskoro yang membocorkan strategi perang kami pun hanya bisa berdiri. Sialnya pintu belakang bis itu tidak bisa ditutup dan angin dinihari bertiup dari pintu tersebut membuat gue dan temen-temen merasa sangat kedinginan.
Sepanjang jalan gue tidak bisa tidur dan tiba-tiba seorang kakek menanyakan suatu lokasi tujuan kepada bapak lainnya. Gue pun dengan tidak sengaja ikut mendengar percakapan tersebut.
"Pak, bis ini menuju lokasi xxx tidak?", tanyanya.
"Wah tidak lewat pak, bapak salah naik bis.", jawab bapak yang satu lagi.
"Tadi saya ditarik-tarik calo untuk naik bis ini, kata mereka bis ini menuju lokasi xxx."
"Iya pak, makanya jangan dengan calo lain kali."
Gue yang mendengar percakapan itu merasa kasihan dengan kakek itu apalagi setelah melihat kakek tersebut membuka dompetnya dan hanya tersisa sekitar limaribuan rupiah. Tak lama, Kondektur bis itu atau lebih mirip preman pasar tersebut mengomel di dekat kami. "Sial, ada yang memberi uang robek neh.", katanya kepada temennya.
"Kalau tidak mau buat saya saja pak.", kata kakek yang tadi. Kondektur itu diam sesaat, gue pikir pasti dikasih lah ke kakek ini, cuma seribuan juga. Benar dugaan gue, uang tersebut dikasih kepada kakek tersebut tapi setelah uang tersebut di robek menjadi dua bagian oleh dia, padahal sebelumnya robekan tersebut sangat kecil. Tapi kakek itu menerima uang itu dengan senang hati dan memasukkan ke dompetnya seolah-olah kakek tersebut sudah terbiasa diperlakukan seperti itu dan hanya bisa bersyukur.
Satu hal yang sampai sekarang yang masih gue sesali, gue tidak membantu kakek itu. Alasan gue karena ongkos gue juga tidak begitu banyak dan gue tidak tahu bagaimana kerasnya kehidupan ibukota nanti, tetapi sebenarnya bila ada niat pasti ada jalan, itu yang gue sesali. Maaf ya kek. Anak muda ini, insyaallah tidak akan berpikiran sempit seperti itu lagi dalam menolong orang. Gue juga melihat temen-temen gue yang berdiri, gue tahu mereka pasti pada kecapekan, apalagi melihat andre yang sampai tertidur sambil berdiri. Maaf kawan tidak bisa tukar tempat karena dikiri dan dikanan gue pada bersandar semua dibahu gue dan terlelap. Gue juga tidak tega bangunin mereka.

Memorial hari minggu dinihari pada tahun 2005.

Hidup itu...

seperti jawaban sebuah pertanyaan klasik,
Kenapa Goofy berjalan dengan dua kaki sedangkan Pluto berjalan dengan empat kaki???
(NA)
Goofy and Pluto

Jalan-Jalan & Kondom

Sebagai anak gaul SMA, gue dan temen-temen dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman..
Makanya terkadang gue dan temen-temen suka berkeliling pulang sekolah baik dari tempat nongkrong anak muda (baca:warung), mall-mall, gramedia, bahkan sampai pasar tradisional menjadi tempat jelajahan kami.
Apakah kami sering beli sesuatu?, tidak juga, kami berkeliling hanya untuk menambah pengetahuan kami mengenai dunia mainan, hiburan, bahkan fashion.

Pernah suatu siang, gue dan temen-temen memutuskan untuk berkeliling dan rute pertama yang dituju adalah Gramedia. Gramedia merupakan salah satu tujuan favorit kami, secara toko buku gitu lho, wajarlah kami sebagai siswa sering berkunjung kesana. Dengan membaca tentu akan menambah pengetahuan dan wawasan kita dan tidak lupa dengan syarat tidak keluar modal besar atau bahkan gratis.hehehehe
kadang-kadang kalau lagi beruntung di Gramedia selalu ada buku-buku bagus yang sampul plastiknya telah terbuka oleh makhluk-makhluk pencinta gratisan lainnya yang tentu saja membawa keberuntungan bagi kami.hehehe.
sejujurnya gue, dan temen-temen juga mungkin, itu takut untuk membuka segel plastik buku-buku disana, takut ketahuan, dan kalau ketahuan takut disuruh membeli yang berarti mengeluarkan uang untuk membeli buku tersebut yang mana uang tersebut takkan keluar dari kantong-kantong gue walaupun celana atau baju dibuka karena memang tidak ada uang disana. hehehehe
Namun bukan berarti gue dan temen-temen tidak bermodal, gue dan temen-temen ke Gramedia juga sudah dengan bermodal bensin, atau kalau lagi banyak uang dan lagi kumat rajinnya pasti beli juga koq buku disana (walau sepertinya seh andre yang sering belanja).
Sekali lagi gue dan temen-temen bukan berarti tidak bermodal, kami cuma berhemat, ingat, berhemat.
Makanya yang paling kami khawatirin kalau berkeliling adalah tempat parkir. Bayangkan kalau kami berkeliling kebeberapa tempat dan harus membayar uang parkir Rp 500 sekali parkir, lima kali parkir sudah dapat bensin 1 liter lebih (bensin waktu itu Rp 2.100), nah dikali beberapa motor coba.
Berangkat dari pemikiran itu, makanya kami sering mengunjungi tempat-tempat yang bebas parkir seperti chandra (kalau sekarang Chandra sudah bayar neh parkirnya), alfa (sekarang Plaza Lotus), dll.
Tetapi tetap saja Gramedia merupakan tempat favorit bagi kami, sayang parkirnya bayar. Untuk menyiasatinya, gue dan temen-temen kalau mau pergi ke Gramedia parkirnya selalu di Alfa khan tidak seberapa jauh tuh.hehehe. Lumayan sekalian olahraga sedikit.
Begitu juga dengan siang ini, kami pergi ke Gramedia dan parkir di Alfa. Setelah berkeliling beberapa lama dan tidak ada barang baru yang menarik dan dapat dibeli, kami memutuskan untuk pindah ke Chandra. Kami pun keluar dari Gramedia dan menuju tempat parkir Alfa, iseng-iseng kami lewat bawah, ternyata dicegat satpam, "kalian dari Gramedia ya??", bentaknya garang..
kami diam ketakutan, "lain kali parkirnya jangan disini ya, kalau mau ke alfa baru parkir disini, ke Gramedia ya perkir di Gramedia." , nasehat dari satpam tersebut..
"iiyaa pak.", kami menjawab serentak dan buru-buru pergi dari situ.
Apakah kami kapok???
tentu tidak..
Kali lain kami lebih pintar, kalau mau ke Gramedia kami parkir di Alfa tetapi tidak langsung ke Gramedia melainkan jalan-jalan dulu sebentar di Alfa, baru melipir pergi ke Gramedia..
Segitu besar pengorbanan kami hanya untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat..

Di chandra kami berkeliling kesana-kemari seperti pejantan sedang mencari betina untuk dibuahi. Tiba-tiba pandangan kami terpaku pada etalase apotik di Chandra yang menjual kondom berwarna-warni yang sungguh menarik seperti permen berbagai rasa. Hati kami pun bertanya-tanya, gimana seh bentuk kondom yang sebenarnya?, emang benar tah sutra fiesta tuh ada rasanya??. Kami tahu tentang kondom cuma dari cerita imam yang bilang, "kondom tuh elastis man. Loe tiup bisa jadi balon tuh dia.". Penasaran kami semakin menjadi-jadi akibat sering nonton tv sampai malam yang selalu ada iklan dengan slogan "karena rasa adalah segalanya". Akhirnya andre pun bilang, "neh gue punya uang 10rb. Loe yang berani, beli tuh kondom."
Gue dan temen-temen yang lain saling berpandangan. Dan akhirnya gue dan oka yang berangkat untuk menghampiri mbak-mbak penjaga apotik tersebut.
1. gue = karena suka tantangan
2. oka = karena pakai baju bebas, gue dan temen-temen lain pakai seragam sekolah lengkap dengan bet nama sekolah.
Gue dan oka maju seperti seorang samurai gagah berani yang telat puber.
"Mbak, beli kondom dunk."
"Yang merek apa?", tanya mbaknya sambil heran memandangi kami.
"sutra mbak, fiesta, berapa mbak?", jawab oka.
Sambil menuju etalase kondom mbak itu bertanya kembali, "Rp 3.800 yang isi 3. mau rasa apa?".
Matilah gue dan oka, mana kita tahu ada rasa apa aja, tahunya cuma warnanya.
1. warna merah = bisa berarti strawberry, apel, semangka, dan lain-lain.
2. warna ijo = bisa berarti melon, mangga, apel ijo, dan lain-lain.
3. warna kuning = bisa berarti pisang, nangka, dan lain-lain.
Akhirnya gue dan oka cuma bisa bilang, "yang warna merah dan ijo mbak."
Dibungkuslah tuh kondom sama mbaknya. sembari membungkus mbaknya nyeletuk (mungkin karena heran kali liat 2 pemuda ini, yang satu pakai seragam dengan satu tangan sibuk megang lengan baju lainnya alias nutupin bet sekolah.hehehe..dan yang satu lagi seperti pemuda lugu dari desa), " kalian ini masih SMA ngapain beli barang kayak gini??", ditanya gini terang saja gue dan oka kurang siap.
"disuruh bokap mbak.", jawab gue dengan spontan.
yang kalau dipikir benar-benar sungguh tidak masuk akal dan hanya bisa disambut senyum basa-basi oleh mbak itu.
Akhirnya jadilah kami beli kondom itu dan dari situ kami dapat pengetahuan baru.
1. yang ijo itu ternyata rasa mint
2. yang merah itu ternyata rasa strawberry
3. imam bohong, ternyata kondom tidak bisa ditiup seperti balon yang ujung-ujungnya cuma bisa dibuang-buang, dan ketika dikonfirmasi imam cuma bisa mengeles dan bilang," gue liat dagangan abang oe oe (penjual balon) mirip seperti itu koq.".
4. harganya Rp 3.800, jadi suatu saat ada pertanyaan tentang hal itu kami bisa jawab (tidak mengkin beda terlalu jauh)
5. jangan pernah bawa kata-kata disuruh bokap kalau melakukan hal-hal konyol seperti itu..

Demi mencari sebuah ilmu apa pun akan kami lakukan termasuk ilmu yang aneh-aneh..
Demi sebuah pengalaman dan demi sebuah sensasi..

Pemuda Bertato Naga

Gue pertama kali bertemu dengan pemuda ini sewaktu kelas X di kantin sekolah. Ceritanya siang itu gue lagi makan nasi rames di kantin dan kebetulan pemuda tersebut juga sedang ingin makan di kantin itu. Tiba-tiba pemuda tersebut duduk di depan gue karena kursi di depan gue itu kebetulan kosong. Dia datang bersama temennya yang bernama Trio yang selang berapa lama kemudian mereka tiba-tiba berantem gara-gara rebutan kerupuk. Akibatnya air minum pemuda tersebut tumpah membasahi meja yang tentu saja mengganggu gue yang lagi makan di meja yang sama. Emosi gue naik tapi gue masih mencoba untuk bersabar dan mengalah. Gue terus mengingat pemuda tersebut agar di lain waktu gue tidak duduk dekat-dekat dia waktu di kantin, bahaya, mungkin lain kali dia rebutan saos dan gue tidak bisa membayangkan bagaimana jika saos itu muncrat dan mengenai baju sekolah gue. Pasti kacau abis.

Ternyata kelas XI, gue ditakdirkan lagi untuk bertemu pemuda tersebut. Ya, gue sekelas dengan pemuda tersebut di sisa masa SMA gue. Pemuda tersebut cukup menyenangkan dan lucu. Jadi gue sering mengongek (mengejek untuk hiburan) dia. Pernah dia ingin jitak gue gara-gara kesal gue kongek. Gue lari sekencang-kencangnya dan dia pun mengejar sampai tiba-tiba dia terpeleset dan terjatuh tepat di depan kantin, tempat gue ketemu pemuda ini pertama kali. Sungguh sangat kekanak-kanakan adegan kejar-mengejar ini.

Pemuda lucu ini bernama Tommy Riawan Grohow yang memiliki tanda lahir didadanya menyerupai naga. Dia seorang ksatria kawan. Ceritanya dimulai ketika gue menemukan pas foto Tommy. Tiba-tiba gue punya ide untuk berbuat usil. Berbekal pas foto itu, gue ingin menulis surat cinta kepada seorang wanita dengan mengatasnamakan Tommy. Berbekal kemampuan Eko dalam meniru tulisan Tommy, jadilah sebuah surat cinta yang sangat memesona di lengkapi pas foto tampan dari seorang pemuda layaknya ijazah sekolah lulusan terbaik. Gue dan temen-temen lain pun sepakat untuk memberikan surat cinta tersebut kepada Dian, kelas XI IPA 3. Mengapa gue melakukan hal ini? Ada 2 alasan kawan :
1. Gue tidak mau melihat temen gue menjadi seorang h*m* karena susah bergaul dengan wanita.
2. Gue dan temen-temen ingin menyenangkan dia.
Tidak beberapa lama datanglah wanita bernama Dian itu kekelas kami. "Ko, loe khan yang menulis surat ini?", hardik Dian kepada Eko. Wow, hebat sekali wanita ini bisa menebak penjahatnya yang tentu saja dijawab tidak oleh Eko dengan ketakutansambil menunjukkan buku yang berisikan tulisan dia. Tentu saja tulisannya berbeda karena tulisan Tommy sudah dipalsukan sebaik-baiknya dan wanita bernama Dian ini pun beringsut pergi dari kelas gue sambil sesekali melirik Tommy dengan malu-malu. Gue pun memberitahukan tentang hal itu kepada Tommy yang tidak tahu apa-apa. Dan demi menyelamatkan reputasi gue dan temen-temen terutama Eko, Pemuda ini pun memantapkan hati untuk meminta jawaban wanita tersebut terkait dengan surat ber-pas foto tersebut. Ya, Tommy pun mengaku kepada wanita tersebut bahwa dia lah yang menulis surat cinta tersebut dan meminta jawaban sepulang sekolah. Merasa bertanggung jawab, gue pun membagi sedikit ilmu memikat wanita. Gue ajak Tommy beli bunga di sebuah toko bunga kenalan gue di daerah Bambu Kuning. Toko bunga itu merupakan supplier Florist-Florist kenamaan dan harganya sangat terjangkau. Berbekal bunga itu, pulang sekolah Tommy berlagak seperti seorang pangeran menjemput sang putri. Namun sayang kawan, belum rezeki pangeran ini. Inilah salah satu kisah cinta tersedih yang tertulis oleh William Shakeshand zaman moderen yang menambah rekor ditolaknya cinta seorang pemuda ini. Tapi gue dan temen-temen lain kagum dengan sifat ksatrianya yang menolong kami semua. Keusilan memang kadang berbuah jelek dan butuh suatu pengorbanan untuk mengembalikannya. Gue mewakili diri gue sendiri dan temen-temen lain yang terlibat mohon maaf kepada Dian Harliana Puspita atas keusilan kami yang mengorbankan seorang temen kami.

Pemuda ini juga mempunyai panggilan yang unik. Awalnya, gue memanggil dia Timmy karena waktu itu lagi musim sinetron Cinta Memang Gila dan ada tokoh banci yang bernama Timmy dalam sinetron tersebut. Jadilah panggilan tersebut buat Tommy. Bahkan Bu Senti, guru Kewarganegaraan kelas XII, ikut memanggil Tommy dengan sebutan Timmy yang tentu saja disambut dengan senyum-senyum oleh kami. Tapi berhubung ada Sinetron lagi yang lebih booming, YOYO, maka kami pun mempunyai panggilan baru buat Tommy, yaitu Tince. Tince merupakan pasangan Mance yang mempunyai peran sebagai banci dalam sinetron tersebut. Mance = Imam, Tince = Tommy. Mereka kami tetapkan sebagai paket yang utuh dan sampai sekarang panggilan tersebut masih berlaku tapi hanya untuk gue dan temen-temen saja karena gue tidak akan membiarkan mereka dipanggil banci oleh orang lain. Mereka adalah para lelaki dan ksatria sejati bagi gue. Panggilan itu merupakan panggilan akrab kami kepadanya. Tommy juga merupakan partner gue berlatih judo dan mungkin dia sekarang lebih kuat karena gue sudah jarang mengasah diri lagi dan dia masih terus berlatih dengan fisiknya.

Seseorang bukan hanya dilihat dari fisiknya namun juga dari hatinya.
Tommy Riawan Grohow, my sparring partner.
Tince a.k.a. Timmy a.k.a. Tommy

Pemuda Non-Pribumi

Bila sebelumnya gue sudah menceritakan tentang pemuda pribumi dengan tampang Tiong Hoa, sekarang gue akan menceritakan seseorang yang sebelumnya tak disangka-sangka merupakan keturunan Tiong Hoa dengan tampang pribumi sekali.
non-pribumi asli...

Nama pemuda tersebut adalah Rian Eko Setiawan. Terlahir dengan nama asli Lee Ko Huan, Eko mempunyai tampang yang sama sekali tidak mirip dengan orang Tiong Hoa sehingga gue dan temen-temen tidak pernah menduga dia adalah sorang non-pribumi. Tapi memang itulah kenyataan yang harus rela kami ketahui beberapa tahun kemudian setelah mengenal pemuda tersebut. Sebelumnya, gue dengan sangat yakin menyangka bahwa Andre lah sosok seorang Tiong Hoa di antara temen-temen karena feeling gue mengatakan bahwa diantara temen-temen gue ada yang merupakan orang Tiong Hoa tapi di kemudian hari sangkaan ini tidak terbukti.

Gue sekelas dengan Eko dari kelas X (kelas 1 SMA). Dengan sosok pemuda ini gue mempunyai pengalaman unik. Ceritanya waktu itu diadakan ujian harian mata pelajaran Akuntansi dengan mendadak, sebenarnya tidak mendadak karena sudah diberitahukan seminggu sebelumnya, hanya gue bener-bener tidak peduli dengan pemberitahuan itu. Makanya gue menganggap ujian Akuntansi itu mendadak. Celakanya tipe soalnya berbeda dengan teman sebangku dan posisi gue waktu itu sangat tidak menguntungkan untuk soal seperti ini, posisi gue ada di paling belakang. Karena temen yang ada di sebelah tidak bisa diandalkan otomatis gue hanya mengandalkan temen yg ada di depan gue dan dia adalah Eko. Gue pun mencontek jawabannya demi mendapatkan prestasi yang terbaik. Beberapa minggu kemudian, Bu Bekti mengumumkan nilainya. Beliau mengatakan bahwa sebagian besar yang mengerjakan soal tipe A mendapatkan nilai besar karena memang soal A lebih ringan bobotnya.
"Yes, gue ngerjain yang A.", teriak gue sotoy.
Celakanya teriakan gue itu di dengar sama temen-temen sekelas dan Bu Bekti sendiri yang langsung disambut dengan senyum-senyum. Ketika lembar jawaban dibagikan, gue sangat terkejut.
1. Gue ternyata mendapat soal tipe B.
2. Nilai yang tercantum di lembar jawaban gue adalah 38.
Temen-temen yang penasaran dengan nilai gue langsung melihat lembar jawaban gue yang banyak tanda silang merah itu dan serentak mereka tertawa, termasuk guru gue sendiri, Bu Bekti.
Sial.. Malu abis gue. Dengan perasaan malu, gue ke tempat eko dan bertanya dia dapat nilai berapa karena gue memang mencontek dia sebagian besar. Ternyata dia dapat lebih parah dari gue, 36. Gue yang tadi mau marah-marah langsung tertawa lihat ekspresi Eko yang mendapat nilai terkecil di kelas. Pantas aja, ternyata gue salah pilih jagoan kawan.

Eko memang tidak memiliki ketertarikan dalam memperhatikan pelajaran. Bahkan guru kewarganegaraan kami, Bu Rotua, sampai bilang di kelas-kelas yang lain. "Kalian jangan meniru Rian Eko kelas X-4 itu. Penyakit itu.", pidato Bu Rotua seolah-olah sedang mempresentasikan temuan ilmiah penyakit baru. Tapi yang gue kagum sama Eko, Dia memiliki konsentrasi yang tinggi dalam game. Gue tidak pernah bisa menang lawan dia kalau main game. Bila bermain game, dia seolah-olah berubah menjadi sosok dalam game tersebut. Ketika main game balapan, dia seolah-olah menjadi pembalap benaran. Ketika main game sepak bola, dia seolah-olah menjadi pemain bola profesional. Bahkan ketika bermain game girl (game suit untuk membuka baju wanita), dia seolah-olah menjadi wanita yang membuka baju tersebut.

Sosok Eko pada masa SMA sangat jauh dengan yang namanya wanita. Gue hampir tidak pernah mendengar bahwa dia berhubungan dengan wanita. Tetapi lain ketika sudah lulus SMA, dia mempunyai banyak sekali teman wanita. Sekali lagi gue kagum. Gue dari dulu ingin mempunyai kenalan wanita yang lebih tua tapi tidak pernah bisa sedangkan si Eko ini selalu mendapat wanita yang lebih matang alias lebih tua darinya dengan sangat mudah. Apakah tampang dia memang mengisyaratkan sebagai tampang om-om?? Atau karena tampang gue yang masih kelihatan seperti remaja yang telat puber?? Inilah misteri yang belum terpecahkan sampai sekarang. Rupanya selama SMA dia selalu menyerap ilmu yang dipancarkan gue dan temen-temen dalam memikat wanita. Sifat terbuka Adi, kegokilan gue dan Guntur, sifat kalem Andre, Jendro, dan Oka, pesona yang dimiliki oleh Baskoro dan teknik lobi yang dimiliki Imam, serta sifat manja Tommy. Semuanya di rangkum jadi satu dan dikembangkan sehingga di kemudian hari terciptalah sebuah aliran Khong Guan style dalam memikat para wanita.

Mudah sekali mencari temen dalam suka tapi sangat sulit mencari temen dalam berbagi duka.

Temen non-pribumi terbaik yang pernah gue punya, Rian Eko Setiawan a.k.a. Lee Ko Huan.

Pembalap (Pemuda berbadan gelap)

....Brmmmm....Brmmmmm....
Dua pengendara motor mengambil posisi sejajar, menggeber gas dengan sangat keras, dan dalam hitungan detik mereka pun beradu kecepatan dalam lintasan lurus. Inilah yang kita namakan drag race. Salah seorang dari kami merupakan penunggang kendaraan itu. Dialah Oka Ibnu Dinata, sang pembalap alias pemuda berbadan gelap. Gue dan temen-temen memang sering nonton balap dan ketika ingin ikut serta maka kami mengutus oka untuk mempertaruhkan nyawanya. Mengapa Oka??? Karena bobotnya sangat ringan dibanding dengan gue dan temen-temen yang lain, sebenarnya yang paling ringan tentu saja adalah manusia hobbit kami, Guntur, hanya saja mentalnya belum cukup matang. Dia sering beralasan, "Gue belum kawin, Wan.".Itulah alasan yang sering dia gunakan dan memang masuk akal. Lain dengan pemuda berbadan gelap alias oka ini, mentalnya cukup teruji. Qibul lah yang sering dibawa turun ke lintasan oleh Oka dengan modif sederhana ala anak SMA alias asal-asalan. Inilah petualangan kami dalam dunia balap liar yang berlangsung di salah satu stadion pada malam minggu.

Pemuda ini juga sangat menyenangi musik dan bakat bermusiknya cukup besar. Dengan tampang seperti Dewa Bujana dan didukung kemampuan bermain gitar yang mumpuni maka tidak heran pemuda ini mempunyai cukup banyak fans di golongan waria, wanita dan pria maksudnya. Walaupun begitu, pria kalem ini sangat tidak percaya diri menghadapi para wanita.

Salah satu penyebabnya mungkin kejadian ini.

Pada waktu kelas XI, gue iseng-iseng duduk sebangku dengan Oka di pojok, oh my god, kenapa gue ini selalu dapat di pojok bersama pria lagi? Memang sudah nasib. Dan ketika gue dan Oka lagi asyik mengobrol alias gosip, ada seorang wanita hilir mudik di sebelah kami. Merasa terganggu Oka pun langsung menegur wanita tersebut, "Eh, bisa duduk dengan tenang tidak seh??". Wanita itu langsung memandang sengit kearah Oka dan gue dan tiba-tiba dia berkata, "Gue tampar-tampar loe nanti.". Gue dan oka sangat terkejut karena biasanya wanita ini cukup kalem di kelas. Alhasil kami pun langsung menciut di bentak-bentak seperti itu. Mungkin inilah awal ketakutan Oka sama makhluk yang namanya wanita. Tampak kalem namun kadang bisa sangat berbahaya.

Karena ketidakpercayaan dirinya dalam menghadapi wanita maka kami menjulukinya Dewa Bujangan.
dewa bujana or dewa bujangan??


Dengan dia lah gue meminta bantuan untuk menyanyikan lagu Jauh dari Jamrud ketika ujian praktek kesenian kelas XII. Gue yang nyanyi dan dia mengiringi dengan gitar. Suara fals bin sumbang berkolaborasi dengan alunan melodi gitar yang indah menghasilkan sesuatu yang harmonis dengan karakter rock. Memang tidak salah waktu itu gue memilih pendamping gitaris jalanan terkenal, Dewa Bujangan.

Oka juga merupakan sosok yang alim diantara kami. Bila kami akan melakukan perbuatan yang keterlaluan maka dia akan mengingatkan kami untuk tidak melakukan perbuatan tersebut dan kalau dia sudah tidak mampu mengingatkan kami maka dia akan turut serta dalam perbuatan-perbuatan jahat kami. Keberuntungan mungkin terletak pada muka polos bin innocent Oka, sehingga seandainya gue dan temen-temen lain tertangkap dalam melakukan suatu perbuatan jahat, otomatis oka akan dianggap tidak bersalah dengan muka polosnya atau paling tidak terpaksa melakukan perbuatan jahat karena diancam oleh temen-temennya. Padahal siapa menduga terkadang makhluk polos ini menikmati kejahatan-kejahatan yang kami lakukan. Kepolosannya kadang sekaligus merupakan kekonyolan sang gitaris jalanan ini dan gue dan temen-temen lainlah yang meracuni pemuda polos dari desa ini dengan semua kejahatan duniawi contohnya : b*k*p, main PS, bolos, usil dan lain-lain. Tapi dalam hati sebenarnya gue yakin bahwa Oka ini sebenarnya pura-pura polos saja karena dalam melakukan kejahatan-kejahatan dia nyatanya lebih ahli.

Temen sekaligus alarm bagi gue untuk selalu mengingatkan risiko suatu perbuatan, Oka Ibnu Dinata.

Pesta Kelas

Kebanyakan orang hanya berusaha mengejar harapan dan keinginannya saja tanpa menikmati proses perjalanannya dan menghargai kenangan tersebut karena hanya rasa lelah saja yang akan di dapat dan percayalah mereka sebenarnya tidak akan kemana-mana. (dikembangkan dari perkataan seorang teman).

Kenaikan kelas XI (kelas 2 SMA), gue terlempar ke kelas IPS. Ini akibat kelas X yang terlalu banyak dihabiskan dengan yang namanya bermain cinta. hehehehe. Gue, guntur dan dasril masuk ke kelas IPS 2, oka dan eko di kelas IPS 1, baskoro di kelas IPS 3. Berhubung kelas IPS terlalu penuh dan ada tawaran untuk pindah kelas maka tanpa pikir panjang kami mengajukan diri untuk pindah ke kelas IPA yang akhirnya disatukan dalam kelas IPA 5 kecuali guntur yang memilih menetap di kelas IPS. Sialnya pada hari pertama di kelas IPA, gue datang telat dan terpaksa menggotong kursi dari kelas lain karena sudah tidak ada kursi yang kosong. Gue duduk sebangku sama baskoro di pojok belakang seperti orang homo lagi mojok. Gue kira hidup gue bakal tidak menyenangkan di kelas ini yang notabene berisi orang-orang sejenis yang dapat menyebarkan penyakit kemalasan. Tapi gue keliru kawan, dikelas ini gue dapat segalanya.

Seperti makhluk normal lainnya, kami menyenangi olah raga. Waktu lagi musim bulutangkis, kami juga ikut main bulu tangkis dikelas. Berbekal foto pigura para pahlawan yang terpasang di dinding kelas sebagai raket, kami bermain seolah-olah seperti atlet profesional. Pencetus ide gila untuk menjadikan foto pigura pahlawan sebagai raket ini adalah makhluk bernama dasril. Dia juga yang rajin membawa shuttlecock agar kami makin bersemangat untuk latihan di kelas waktu istirahat atau jam kosong. Selain berfungsi sebagai raket, foto pigura pahlawan ini juga berfungsi sebagai tempat persembunyian barang-barang terlarang seperti VCD teman para pria (b*k*p), komik-komik, rokok, dan barang-barang lain yang tidak pantas di bawa ke sekolah jika terdengar desas-desus akan diadakan razia oleh pihak sekolah. Inilah namanya sebuah kreatifitas. Percaya atau tidak, kreatifitas itu berarti dapat memanfaatkan sesuatu yang sebelumnya tidak berguna menjadi sangat berguna.Memang kita harus menghargai jasa-jasa pahlawan karena pahlawan memang sangat berjasa bagi kami walaupun hanya fotonya saja.

Ketika musim bulu tangkis lewat dan berganti dengan permainan futsal, kami pun menyulap kelas kami mejadi lapangan futsal mini. Posisi duduk dikelas kami dibagi menjadi 4 banjar (memanjang kebelakang), yang demi lapangan futsal mini kami geser posisi duduknya menjadi 2 banjar besar di tepi kelas sehingga tengah-tengah kelas terdapat ruang kosong yang lumayan besar untuk bermain futsal. Guru-guru yang akan mengajar tentu kaget dengan posisi duduk seperti ini dan kami pun beralasan bahwa dengan seperti ini guru akan mudah untuk bergerak bebas ditengah-tengah kelas untuk berorasi menyampaikan pelajarannya yang tentu saja merupakan alasan yang tidak masuk akal tetapi guru-guru memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Lapangan futsal mini dikelas ini kami pakai untuk bermain pada waktu istirahat dan jam kosong yang tentu saja permainannya akan selalu berakhir dengan rusuh karena perbandingan tempat dengan orang yang main sangat tidak seimbang. Akhirnya akibat protes anak-anak perempuan kelas kami yang merasa resah dengan posisi tempat duduk dan bola-bola yang selalu terpental mengenai mereka, kami pun menyusun posisi duduk seperti biasa. Dan ketika lapangan basket dibelakang lab. komputer selesai, kami pun pindah kesana untuk bermain futsal. Suatu ketika, setelah setengah jam lebih menunggu Bu Yusnidar (almarhumah) yang tidak kunjung datang, kami pun memutuskan untuk bermain futsal di lapangan tersebut. Selang beberapa lama main, tiba-tiba datang imam yang awalnya tidak ikut bermain, "woii, Bu Yusnidar datang.", teriaknya sambil cengar-cengir. Tentu saja kami tidak percaya dan terus bermain. Sampai datang lagi si Algifari, "woii, pada mau masuk 'gak neh pelajaran Bu Yus??", teriaknya sambil lari kembali lagi ke kelas. Beberapa lama kami semua bengong dan akhirnya memutuskan untuk masuk pelajaran Biologi yang diajar oleh Bu Yus tersebut. Sambil berlari-lari kelas, kami merapikan pakaian kami yang bentuknya sudah tidak karuan. Jreng.... sesampainya dikelas Bu Yus sudah menanti kami semua dan menyuruh kami berdiri di depan kelas untuk dipandangi satu per satu seakan-akan kami sehabis melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Pandangan gue berkeliling ke temen-temen sekelas dan gue kaget ketika melihat Jendro yang tadi ikut bermain ternyata masuk dengan selamat gara-gara percaya kata-kata imam. Sebetulnya seh dia tidak percaya kata-kata imam tapi berhubung posisi dia waktu itu sebagai kiper dan dia tidak senang dengan posisi itu makanya ketika imam mengajak masuk dia ikut aja. Sial... Ini semua gara-gara imam yang kadang-kadang suka bohong. Tapi untungnya hukuman di depan kelas itu tidak beberapa lama dan kami pun bisa mengikuti pelajaran tersebut walau dengan baju penuh keringat.

Di kelas ini juga, kami pernah belajar demokrasi, yaitu dengan menurunkan dan mengganti seorang guru BK. Setiap kelas itu ada pelajaran Bimbingan Konseling yang bobotnya satu jam pelajaran dan ketika pejaran tersebut tanpa sadar guru BK itu mengucapkan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang guru BK. Beliau mengatakan bahwa kelas kami sebagai kelas IPA buangan dan kata-kata tidak sopan lainnya yang tentu saja teman-teman sekelas sangat tersinggung apalagi gue dan temen-temen yang merupakan pindahan dari kelas IPS. Kami pun berorasi ke kantor kepala sekolah dan meminta pergantian guru yang akhirnya disetujui.

Inilah sebagian kejadian yang terangkum bersama-sama teman-teman sekelas.

Penghargaan terbesar untuk teman-teman yang memberikan pelajaran dan arti hidup dalam sebuah kenangan terindah.
konsepnya adalah cita-cita..
wkwkwkwkw

Pemuda Senyum Menawan

Di suatu jam kosong, gue, imam, dan baskoro menemani seorang pemuda untuk membeli aksesoris kecantikan motor ke sebuah bengkel berlabel Makmur Motor. Begitu selesai mekanik mendandani motor tersebut, kami berempat hendak kembali ke sekolah lagi. Dengan motor yang habis keluar dari salon kecantikan, pemuda ,yang membonceng imam , mengendarai motor tersebut dengan kencang di jalan bakti yang tidak terlalu besar. Gue, yang notabene pengikut Rossi style dalam mengendarai motor sangat sulit mengikuti aksi sang ksatria kuda besi tersebut, Apalagi gue membonceng baskoro. Di tengah jalan tiba-tiba muncul becak berpenumpang yang ingin menyebrangi jalan, alhasil sang ksatria kesulitan menghentikan laju kuda besinya. Tabrakan pun tak terhindarkan, penumpang becak terpental keluar, pemuda itu dan tukang becak sama-sama terjepit, sedangkan imam yang sudah mengira akan terjadi tabrakan sudah melompat terlebih dahulu dengan gaya kocak seorang akrobatik berperut buncit. Dalam hal menyelamatkan diri tetap imam yang paling jago. Gue dan baskoro yang berada persis di belakang kejadian itu jelas tertawa terpingkal-pingkal terlebih dahulu sebelum akhirnya menolong temen kami tersebut. Bisakah kalian bayangkan kejadiannya?? Siapakah yang patut dikasihani??? Pemuda tersebut dan tukang becak yang terjepit, imam yang dengan lompatan kocaknya, atau penumpang becak yang terpental keluar??? Masing-masing diantara mereka tidak ada yang terluka serius. Cuma yang sangat disayangkan adalah cucian yang dibawa oleh penumpang becak tersebut. Rupanya penumpang becak tersebut baru pulang dari mencuci pakaian yang mana gara-gara kejadian tersebut pakaiannya bertebaran di jalan dan kotor kembali. Pemuda yang beruntung menabrak tukang becak tersebut adalah Adi Syafaat, pemuda yang meminjam knalpot racing milik baskoro dan knalpot pinjaman tersebut penyot pada saat kejadian tabrakan itu padahal baru sehari dipasang.

Pemuda ini sangat unik kawan, dia suka menolong wanita yang lagi kesulitan. Memang adi merupakan sosok temen curhat yang baik dan mempesona lewat gaya bicaranya yang berbobot masalah cinta makanya jangan heran jika teman wanita pemuda ini sangat banyak. Bila bermasalah mengenai hal-hal terkait cinta, adi merupakan sosok yang tepat untuk dimintai pencerahan. Dia juga sangat suka berbuat konyol tetapi tetap saja tidak bisa mengalahkan kekonyolan yang dibuat oleh pemuda telat puber, Guntur. Hal yang paling lucu adalah cara dia berbicara dan cara dia menceritakan sesuatu kawan. Dan pemuda ini jarang sekali merasa tersinggung kawan bila gue dan temen-temen kadang-kadang terlalu berlebihan dalam bercanda.

Tak ada seorang pun didunia ini yang tidak berharga. Gue, loe, dia, mereka, semua sangat berharga. Kita adalah bagian dari sebuah puzzle kehidupan. Bayangkan bila kalian tidak ada, apakah kehidupan ini akan seperti ini?? Tidak mungkin sama. Karena kita semua terikat menjadi satu dalam sebuah simpul yang sering kita sebut takdir. Hanya dengan menghargainya kita akan dapat menyusun puzzle kehidupan kita sendiri secara utuh.

Tulisan ini dibuat untuk mengingat Adi Syafaat, temen yang selalu ceria.


Bagi dunia kamu hanyalah seseorang, tetapi bagi seseorang kamulah dunianya.

full gaya....

Pemuda Setia Tersipit

Semerbak aroma bensin mewarnai kelas kami menandakan seorang pemuda sedang memasuki kelas kami. Tidak sulit bagi kami untuk menebak siapakah pemuda beraroma memabukkan tersebut. Pemuda tersebut kami panggil sebagai juragan bensin. Penyebab hal ini adalah tangki motor* pemuda tersebut yang bocor hingga mengenai celananya yang otomatis menyebabkan aroma bensin mengalahkan aroma parfum yang saban pagi dia semprotkan hingga puluhan kali kebadannya.
Pemuda ini mempunyai selera yang sangat unik mengenai warna. Warna yang ia pilih untuk motornya adalah ungu.

...kau masih gadis atau sudah janda...

Sebaris lirik lagu Mansyur S. lah yang terbayang ketika melihat pemuda tersebut menaiki motor berwarna ungu. Ungu sama dengan warna janda kawan.hahahaha. Ketika kelas XII dia pun mengganti seluruh body motornya, bisa jadi karena tidak tahan mendapat tekanan batin dari kami terkait dengan warna ungu tersebut. Dengan body model Tiger keluaran terbaru berwarna hitam, motor tersebut terlihat lebih gagah. Sayangnya, sekali lagi karena selera warna yang unik, tetap saja handel lampu belakang berwarna ungu. Bahkan, karena ingin menyaingi kombinasi warna yang dibuat oleh Picasso dalam membuat lukisan abstrak, pemuda tersebut memilih warna silver untuk spatbor depannya. Jadilah kombinasi warna yang sangat harmonis, silver, hitam, dan ungu, hasil karya pakar warna aliran kontemporer zaman moderen, Andri Frandustie.

Ya, itulah nama pemuda yang sedang gue bicarakan ini. Nama asli pemuda ini adalah Andri tapi entah kenapa kami lebih senang memanggilnya dengan Andre, mungkin karena agar temen kami ini terlihat lebih gaul. Pemuda ini berkeras mengaku bahwa dia merupakan keturunan Palembang asli bukan keturunan Tiong Hoa seperti yang gue dan temen-temen tuduhkan kepadanya. Mengapa gue dan temen-temen bisa membuat tuduhan seperti itu??? Lihatlah foto pemuda ini.
pribumi kah?????


Sekarang terserah kalian untuk menilai.

Akhir Desember 2003

Gue mengusulkan untuk membuat acara menginap di Pulau Mahitam untuk menyambut tahun baru 2005 yang tentu saja disambut dengan kata setuju oleh temen-temen yang lain. Namun, gue membatalkan secara sepihak rencana itu yang mengakibatkan mereka kelimpungan mencari alternatif acara karena waktunya sudah mendesak sekali. Akhirnya mereka berencana membuat acara bakar ayam di kediaman andre yang tentu saja mereka persiapkan tanpa memberi tahu gue. Mereka masih kesal akibat pembatalan secara sepihak yang gue lakukan. Namun pada sore hari menjelang tahun baru 2004, Andre menghubungi gue dan bilang, "kita bikin acara bakar ayam di rumah gue. dateng ya wan.". Tentu gue yang dirundung perasaan bersalah, seperti anak yang bersalah kepada orang tuanya dan agama gara-gara jadi model pakaian dalam, tidak menolak untuk datang. Gue berharap semua ini dapat diselesaikan dengan baik dan memang benar semua berjalan dengan baik di acara bakar ayam tersebut. Alasan gue membatalkan secara sepihak pada waktu itu, tidak lain dan tidak bukan, karena tidak diperbolehkan oleh wanita pertama gue itu. Dia tidak diizinkan keluar rumah pada tahun baru tersebut sehingga meminta gue untuk tidak jadi mengadakan acara tersebut. Tidak perlu menyalahkannya kawan, salahkanlah gue karena gue lah yang membatalkan acara itu. Maafkan gue temen-temen atas hal itu, sebenarnya gue sangat ingin mengadakan acara tersebut namun apalah daya, rasa cinta kepadanya terlalu besar. Gue sangat berterimakasih kalian tidak bertanya tentang hal ini pada waktu itu karena gue pasti bingung akan menjawab apa. Seandainya andre tidak mengundang gue untuk datang pasti gue akan merasa semakin bersalah. Terima kasih kawan.



Andre memiliki pesona tersendiri bagi gue dan temen-temen. Sosok pendiam ini terkadang sering tersenyum sendiri secara tiba-tiba. Bila melihat andre seperti ini maka hanya ada 2 kemungkinan kawan:
1. dia melihat kalian dan tiba-tiba teringat kejadian lucu tentang kalian atau,
2. dia lagi melamun jorok
Pesona ksatria satu ini tidak di ragukan untuk kaum hawa, kalian akan tahu kalau mengenalnya dengan baik. Pemuda ini selalu berkata, " fisik itu tidak penting kawan. hatilah yang lebih penting.". Hal itu lah yang dijadikan patokan oleh pemuda setia iniuntuk mencari pasangan hidup.

Bersulang untuk Andri Frandustie, teman berbagi cerita.

*jenis motornya adalah motor laki dengan posisi tangki bensin ada didepan.

Pemuda Berinisial J

Suatu waktu, gue membutuhkan sebatang bambu untuk keperluan di rumah. Susah banget gue mencari bambu yang segar di tengah hingar bingar ibukkota Bandar Lampung ini. Beruntung gue teringat seorang pemuda yang mungkin bisa membantu gue menemukan batang bambu yang cocok. Gue pun mencoba menghubungi pemuda tersebut yang langsung di jawab dengan respon positif. Alhasil tanpa basi-basi, gue sudah berada di rumahnya untuk mencari batang bambu. Dalam benak gue, Pemuda itu hanya akan membantu mencari lokasi batang bambu itu saja dan selanjutnya merupakan tugas gue, seperti menebang, membersihkan, dan memotong-motong batang bambu tersebut. Tapi bayangan gue keliru kawan, pemuda itu tidak hanya membantu menemukan lokasi batang bambu namun juga menebang, membersihkan dan memotong-motong bambu tersebut sehingga lebih rapi dan memungkinkan dibawa dengan kendaraan roda dua. Bukan sekedar membantu kawan tetapi dialah yang melakukan semua pekerjaan itu seolah-olah dialah yang membutuhkan bambu itu dan gue berada di situ hanya untuk membantunya. Gue mencoba menolak ketika dia merapikan dan mengikat potongan-potongan batang bambu tersebut, gue rasa gue mampu melakukannya sendiri. "Cuma pekerjaan mudah kawan. Apa seh yang 'enggak buat temen baik.", jawab pemuda tersebut ketika gue berusaha menolak. Tersentak perasaan gue kawan. Mungkin sepele bagi kalian tapi ini sungguh besar artinya bagi gue kawan. Inilah sosok sahabat yang telaten memikirkan arti persahabatan yang merupakan pesonanya tersendiri.

Jendro Trikrisnantoko, nama seorang pemuda pencinta olah raga ini. Dilihat dari namanya tentu kita bisa menebak kalau pemuda ini keturunan suku Jawa. Seperti kebanyakan orang jawa lainnya, pemuda ini terdidik dalam tata krama keluarga. Dari pemuda inilah gue belajar untuk berlaku lebih sopan, seperti makan jangan terlalu berisik, jangan kentut di depan umum, dan lain-lain. Walaupun sebenarnya arti sopan itu selalu berbeda antara kebudayaan satu dengan yang lain. Tetapi sayang kawan, terlalu banyak bergaul bersama gue dan temen-temen menimbulkan efek yang sangat buruk baginya. Kebiasaan guntur yang kentut di sembarang tempat seolah-olah merupakan penyakit yang menular sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, sering terbawa untuk kentut di depan umum tapi masih dalam batasan wajar, yang tidak wajar adalah kalau gue dan temen-temen pasti ada yang memancing untuk perang kentut dan hal itu pasti terjadi. Dari pemuda ini kami belajar falsafah baru dalam dunia keluarga besar, tamu adalah raja. Maksudnya jika kami bertamu ke rumah salah satu dari kami maka tuan rumah terkadang harus menyiapkan makanan, tentu ini tidak mutlak dan tamu juga bisa menganggap rumah gue ya rumah loe juga. Rumah Jendro merupakan basecamp gue dan temen-temen untuk nongkrong pulang sekolah atau berkumpul bila hendak merencanakan sesuatu hal. Rumah Jendro dekat dengan sekolah kami karena itu kami sering main kesana. Rumah ini juga sangat terbuka untuk kami. Terkadang bila gue, imam, baskoro, andre, dan temen-temen lain kebelet untuk BAB, tempat yang menjadi tujuan kami pasti WC dirumah Jendro, mana sudi kami meletakkan kenikmatan kami pada WC sekolah yang mempunyai bau tidak sedap, efek dari pemuda-pemuda puber nan jorok. Pernah ada kejadian lucu, ceritanya Imam dan Andre sangat kebelet sekali untuk BAB maka mereka pun mencegat Jendro yang baru sampai sekolah pada pagi hari itu. Mereka pun meminta izin kepada Jendro untuk BAB dtempatnya yang tentu saja harus ditemani oleh tuan rumah. Dengan perasaan sangat bernafsu maka berangkatlah mereka menuju lokasi pembuangan hajat, yaitu WC rumah Jendro. Selesai menuntaskan hasrat terpendam itu yang didahului pertengkaran kecil untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu BAB karena WC-nya cuma satu, mereka pun buru-buru kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Ternyata Pak Ipul, guru matematika, sudah memulai pelajarannya dan dengan tersipu-sipu mereka bertiga masuk kekelas dan meminta izin agar dapat mengikuti pelajaran tersebut. "Dari mana kalian?", tanya Pak Ipul. "Dari BAB di tempat Jendro, pak.", jawab Imam dan Andre malu-malu. "Bagus, silahkan lanjutkan BAB-nya diluar." perintah Pak Ipul sekenanya. Jadilah mereka duduk manyun di luar karena tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran matematika pada hari itu hanya gara-gara masalah BAB. Tapi itu tidak masalah bagi pemuda berinisial J ini Kawan. Baginya cukup bisa menolong teman saja dia sudah senang.
Di rumah itu juga sebagian dari jiwa kami dibesarkan. Ibunya selalu ramah kepada kami dan selalu menyediakan makanan yang enak buat kami. Kalian harus mencicipi masakan tersebut terutama sambal buatan ibunya. Itulah salah satu harta berharga bagi gue ketika itu. Percayalah kawan, tidak ada basecamp lain semenarik tempat kami berkumpul ini.

Kawan, manusia tidak ada yang sempurna. Mereka dikaruniai kelebihan di satu dan kekurangan di sisi lainnya. Janganlah berteman hanya karena kelebihannya saja melainkan lengkapilah kekurangannya dengan kelebihan kalian sebagaimana dia dan teman-teman yang lain melengkapimu.
Teruntuk sahabat yang selalu ada ketika gue membutuhkan bantuan dan siap memberikan pertolongan tanpa harus gue minta, teman pelengkap hidup, Jendro Trikrisnantoko.
ganteng gak???
wkwkwk

Si Chucky

Pernahkan kalian menonton film Child's Play???
Jika pernah kalian pasti mengenal tokoh yang bernama Chucky yang merupakan sebuah boneka pembunuh kejam.
Dan ini adalah cerita kami mengenai Chucky.

Awal kelas XI

Pertama kali masuk kelas XI gue merasa sangat kenal pada sosok seorang wanita. Gue merasa pernah bertemu atau melihat wanita tersebut. Setelah berusaha mengingat-ingat akhirnya gue tahu siapa yang membuat gue merasa kenal dengan wanita tersebut. GUe pun berbisik kepada Jendro, "Jen, si Febby koq mirip Chucky ya???? Yang di film boneka pembunuh itu lho.". "Hahahahaha.", tawa Jendro. Tiba-tiba sekilas Febby menoleh kearah kami sambil memegang pensil ditangannya. Gue dan Jendro sangat shock kawan, penampilannya seperti itu benar-benar mirip dengan Chucky yang sedang memegang pisau. Gue dan Jendro saling berpandangan dan sepakat bahwa kemiripan itu memang terbukti. Kami pun memberi tahu temen-temen yang lain dan mereka pun ternyata sepakat dengan hal tersebut. Maka sejak itulah, kami memanggilnya dengan sebutan Chucky. Seisi kelas pun seakan-akan sepakat dengan hal ini sehingga saban hari kerja kami hanya mengongek (mengejek untuk hiburan) Febby.

Tanggal 13 Februari 2004

Karena kecintaan kami pada sosok Chucky di dunia nyata ini, kami sepakat untuk memberikan hadiah spesial dalam rangka hari Valentine yang akan jatuh pada esok hari. Seperti biasa, gue lah yang punya ide aneh ini. Setelah kompromi maka kami sepakat untuk memberikan hadiah spesial berupa binatang-binatang lucu. Sepulang sekolah, gue, oka, jendro, tommy, dan baskoro berkumpul untuk menangkap binatang-binatang lucu yang akan kami hadiahkan kepada Febby si Chucky. Binatang-binatang apakah itu???? Kalian tentu akan terkejut mendengarnya. Binatang-binatang tersebut adalah Katak dan Cacing. Jadi sepulang sekolah, kami bergerilya mencari binatang-binatang tersebut. Tokoh yang paling berjasa dalam perburuan tersebut, tidak lain tidak bukan, adalah baskoro. Baskoro keliling-keliling dan terkadang loncat-loncat demi menangkap buruannya sedangkan gue dan temen-temen yang lain cuma berteriak-teriak seperti cheerleaders, "ayo bas, ayo bas, kamu pasti bisa.". Setelah berburu sekian lama akhirnya terkumpullah beberapa ekor katak dan cacing yang rencananya akan kami masukkan ke dalam kotak dan dibungkus dengan rapi. Setelah dimasukkan ke dalam kotak, kami agak kesulitan dalam membungkusnya, maklum kawan, kami tidak pernah membungkus kado sebelumnya. Oka, dari pertama selalu mengingatkan kami tentang perbuatan yang tidak baik tersebut, "Ya Allah, kalian ini kejam banget seh memberikan hadiah seperti ini. Kasihan dia. Astagfirullah...Astagfirul
lah..", ucapnya setiap kali. Tetapi ketika melihat kami kesusahan dalam membungkus kotak tersebut, dia pun berkata, "Ya ampun begitu saja pada 'gak bisa. Sini biar gue yang bungkus." Dor....Gue dan temen-temen yang lain pada kaget, dari pertama anak ini selalu mengucapkan kata kasihan, kasihan, eh..malah ujung-ujungnya dia juga yang membungkus kotak tersebut.ckckckck.
Berkat ketelatenan oka dalam hal bungkus-membungkus, selesailah kado valentine kami untuk Febby si Chucky. Kami pun masuk ke kelas dengan cara memanjat jendela untuk meletakkan kado tersebut di laci Febby berharap ditemukan olehnya besok pagi. Gue menyebarkan tentang rencana pemberian hadiah itu kepada temen-temen yang lain yang tentu saja ditanggapi dengan cekikikan geli. Esoknya, gue sengaja datang pagi-pagi, takutnya tidak sempat melihat ekspresi si Chucky ketika menemukan hadiah tersebut. Sengaja gue cek posisi kado terlebih dahulu dab ternyata kado yang kami dapatkan dengan susah payah sudah tidak berada pada tempatnya lagi alias hilang. Gue dan emen-temen sempat kesal juga mengetahui hal ini terutama baskoro yang sudah bersusah payah adu kecepatan dengan katak dan cacing. Tapi setelah gue pikir-pikir untung saja kado itu sudah tidak ada pada tempatnya lagi. Gue akui gue dan temen-temen sangat jahil tapi yang ini mungkin sudah keterlaluan. Sebenarnya seh gue merasa salah satu dari kami yang melakukan hal tersebut. Siapa pun dia, gue cukup mengucapkan terima kasih karena menyelamatkan kami semua dengan menyembunyikan kado tersebut.

Tulisan ini bermaksud meminta maaf, seandainya temen-temen terutama gue berbuat keterlaluan selama SMA kepada si Chucky upz sorry si Febby. Hehehehe

Pemuda Melayu Terunik

Di suatu siang, seorang pemuda sedang mengendarai motornya. Alangkah kagetnya ia ketika melihat wanita sexy dengan pinggul yang bergoyang-goyang plus dengan rok mini di depan. Naluri prianya pun bangkit untuk menggoda wanita sexy aduhai itu. Dia pun memacu motornya untuk menggoda wanita sexy tersebut sekalian untuk melihat wajahnya apakah berbanding lurus dengan tubuhnya yang sexy.
"Cuit..Cuit..", sapa sang pemuda ketika motornya sudah bersejajar dengan wanita tersebut yang mana langsung disambut dengan senyuman menggoda sang wanita. Alangkah kagetnya pemuda tersebut ketika ia melihat wajah wanita tersebut. Bayangan akan wajah cantik Luna Maya pun kandas di tengah jalan karena yang dihadapinya ternyata wanita jadi-jadian alias bencong alias banci. Pemuda tersebut langsung memacu motornya tanpa pikir panjang yang tentu disambut dengan kecewa oleh banci tersebut.
"mas ganteng, eke gimana? nebeng dunk..", rayu sang banci tetapi pemuda itu sudah tidak mungkin mendengar hal itu, pikirannya hanya satu, yaitu bagaimana selamat dari kolom berita pemerkosaan dari harian merakyat, Lampu Merah.

Terlintaskah dalam benak anda siapa pemuda tersebut ketika membaca cerita ini???
Yupz, tepat sekali kalau anda menjawab pemuda tersebut adalah Imam Fajri Nugraha sang Jenderal Tian Feng zaman modern. Pemuda ini merupakan teman seangkatan gue ketika duduk di Sekolah Dasar dan kami pun bertemu lagi di kelas XI dan XII IPA 5. Pemuda yang merupakan keturunan Padang ini adalah sosok yang rajin sehingga bukan tidak mungkin ketika kelas XI dia pun terpilih sebagai ketua kelas. Tapi semenjak berkenalan dan menghirup racun yang gue dan temen-temen lain sebarkan maka muncullah Imam yang kedua, yaitu Imam bermuka mesum. Dibawah pimpinannya, kelas XI bagaikan surga, bagaimana tidak, jam kosong kami lebih banyak ketimbang jam pelajaran akibat guru sering tidak masuk dan sang ketua kelas malah meng-Alhamdulillah-kannya. Tapi sayang sekali, tampuk kepemimpinannya itu lepas pada kelas XII karena temen-temen mungkin lebih jauh berpikr ke depan terkait surga yang yang lebih menjanjikan. Pemuda bersenyum mesum ini juga bersifat lebih pengalah ketimbang gue dan temen-temen yang mana pada kelas XII dia memperoleh julukan baru yaitu Mance. Ceritanya pada waktu itu lagi musim tontonan sinetron YOYO dan dalam sinetron tersebut ada tokoh banci yang bernama Mance. Bagaimana Imam bisa terjebak dengan panggilan tersebut??? Semua itu gara-gara gue kawan. Imam ini mempunyai kelebihan yang membuat kami iri, yaitu pandai melobi dan berdebat dengan gaya melayunya, hal ini lah yang kadang tak bisa kami lawan. Melihat gaya melayunya itu maka gue memutuskan untuk memberi julukan Mance kepadanya yang tentu saja disambut meriah oleh temen-temen yang lain. Makanya sejak hari itu panggilan Mance merupakan panggilan sayang kami kepadanya. Tapi jangan dibayangkan seperti Mance asli dalam sinetron Yoyo, Imam merupakan sosok pejantan sejati.
Kelebihan lain yang dimiliki pemuda ini, selain yang gue sebutkan di atas, adalah pesonanya baik bagi pria maupun wanita. Ketika kami sedang membahas tentang kondom yang mana kami tidak tahu bentuknya, Imam dengan santai bilang, "Kondom itu elastis kawan, kalau ditiup bisa jadi balon tuh dia.", tentu ini jawaban yang sangat sotoy dan anehnya waktu itu kami percaya saja karena pesonanya sangat meyakinkan. Pesonanya kepada wanita tidak usah dipertanyakan kawan, kalian akan tahu kalau sudah bertemu dengannya. Seperti Jenderal Tian Feng dalam kisah Kera Sakti, Imam mungkin ditakdirkan untuk mengalami seribu kutukan cinta yang diakhir cerita cinta selalu bilang, "Beginilah cinta, deritanya tiada akhir.". Apakah Imam playboy kawan?? Dengan yakin gue jawab tidak. Imam merupakan sosok setia seperti Jenderal Tian Feng. Jenderal Tian Feng mengalami seribu kutukan cinta hanya demi membuktikan cintanya kepada seorang gadis, begitu juga dengan temen gue ini.
Sama seperti gue dan guntur, imam juga sangat menyukai tantangan konyol dan mengotak-atik motor yang membuat kami sangat akrab. Petualangan pertama kami tentu saja diawali sebagai pengamen jalanan di lampu merah Bunderan Marcopolo yang mana ketika pertama kali pentas Imam langsung memperoleh Rp 1.000, sekali lagi ini mungkin karena teknik lobi yang dia digunakan atau malah karena sang pemberi uang merasa tertarik dengan senyum temen gue tersebut.

Semua hal yng kami semua alami bersamanya sangat menyenangkan.

Ditulis untuk selalu mengingat Imam Fajri Nugraha, teman sejuta rasa.
mantap khan gayanya???
melayu abiz...

Pria Penjunjung Kepercayaan

Pria ini mempunyai suara ketawa yang paling keras diantara gue dan temen-temen yang lain. Seru?? seru tentunya tapi terkadang memalukan juga misalnya : ketika lagi jalan-jalan di mall kita melihat hal-hal yang lucu, tentu tanpa ragu dia akan tertawa lebar tanpa mempedulikan orang-orang disekeliling yang memandanginya seolah melihat orang yang penyakit epilepsinya kumat dan menatap kami dengan pandangan meyalahkan, kenapa sudah tahu temennya penyakitan malah dibawa-bawa ke mall.
Pria ini mempunyai kebiasaan yang unik tentang makanan, bukan cara dia makan tapi apa itu makanan favoritnya. Boleh percaya atau tidak, makanan favorit ini adalah plastik. Sesudah minum Aqua dia pasti akan akan mengelupas plastik berlabel Aqua-nya dan mulai mengigitinya. Percayalah kawan, hal ini dilakukannya tanpa sadar, ketika ditertawakan baru dia akan sadar dan membuang plastik tersebut padahal kalau semua orang seperti dia takkan ada sampah plastik di dunia ini. Semua pasti sudah terdaur ulang.
Begitu mendengar kebiasaan unik pasti hanya terbayang satu nama oleh kalian, BASKORO, ya benar sekali, pria inilah yang gue maksud.
Pria ini sangat hiperaktif, tangan, kaki, bahkan bibirnya selalu bergerak, tidak pernah diam. Pria ini juga mempunyai pesona tersendiri bagi para wanita, tidak heran kalau hidupnya penuh oleh wanita-wanita yang mengerubunginya seperti semut tetapi pria ini sangat selektif dalam memilih wanita karena itu dia jarang gonta-ganti pacar. Pesonanya mungkin akan kalian temui jika kalian berjumpa dengannya. Pria ini juga mempunyai banyak pengalaman konyol yang mungkin kalian akan tahu bila bertemu dengan gue atau dengan temen-temen yang lain atau mungkin saja disuatu chapter akan gue ceritakan semuanya.
Pria ini punya sejuta pedoman hidup yang selalu buat gw kagum. Salah satunya cara dia mempercayai seseorang. Pernah ada suatu kejadian, hari itu, 4 Agustus 2004, ceritanya baskoro ulang tahun, gue dan temen-temen punya ide gila, kita ingin menyembunyikan motor baskoro di luar sekolah biar dia mengira motornya kabur karena tidak dirawat atau hilang dimaling orang. Siapa yang merencanakan maka dia lah yang melakukan, maka gue dan oka lah yang ketiban tugas untuk menyembunyikan motor tersebut sedangkan temen-temen yang lain mengurus surat izin keluar gerbang karena untuk keluar dari gerbang memerlukan izin khusus yang dengan gampang dapat dimanipulasi karena satpamnya,si Babe, tidak bisa membaca. Gue dan oka sibuk mendorong motor RX-K baskoro yang dengan mudah dapat kita congkel kuncinya karena sudah rusak dan temen-temen yang lain mengalihkan perhatian baskoro.Ternyata temen-temen yang lain tidak berhasil mengalihkan perhatian Baskoro karena tiba-tiba gue dan oka mendengar suara baskoro berteriak-teriak memanggil nama kami dan berlari ketempat kami berada, yaitu di depan gerbang sekolah. Tinggal sedikit lagi kami berhasil mengeluarkan motor itu dari gerbang karena surat izin pun sudah kami kasih ke Babe.
"mampus kita ka.", bilang gue sama oka yang dijawab dengan anggukan dan senyum mesum.
Sesampai di tempat kami, gue dan oka sudah menyiapkan alasan-alasan yang sebenarnya tidak masuk akal, baskoro malah bilang, "woy, motor gue itu 'gak ada bensin. Ini uang bensinnya dan kunci motornya, jangan dicongkel-congkel dunk.".
Sesudah bilang gitu, dia langsung pergi begitu saja.Terang saja gue dan oka terpana dan tidak mampu berkata-kata. Akhirnya gue dorong lagi motor itu ke parkiran motor, sungguh tidak tega menyembunyikan motor setelah dia bilang begitu.
Itulah sedikit kisah mengenai rasa percaya dia yang begitu besar kawan dan salah satunya sudah gue tulis di chapter sebelumnnya yang berjudul percaya. Yakinlah pria ini sangat menjunjung kepercayaan, baik kepada gue maupun temen-temen yang lain. Dari dia gue balajar untuk mencoba percaya walaupun orang berbuat buruk kepada kita dan apalagi bila temen gue yang melakukan sesuatu yang dianggap oleh orang sebagai perbuatan buruk gue harus tetap percaya.

Walaupun teman gue itu belum atau tidak akan bilang sesuatu mengenai hal itu. Karena diam bukan berarti tidak mempunyai jawaban dan tidak menjelaskan bukan berarti tidak mempunyai alasan. Gue percaya bila kita ditakdirkan untuk bertemu dan gue percaya kalian takkan mengkhianati perjumpaan ini.

Teruntuk teman yang selalu percaya, Baskoro Budiharjo.
senyumnya mesum..
wkwkwkwk

Pemuda Berkoteka

Bila mendengar nama Guntur Pradipta Gantira pasti kalian tak menyangka bahwa aslinya pemuda tersebut adalah keturunan Papua. Yah, benar pemuda tersebut adalah keturunan Papua yang besar di Bandar Lampung. Pemuda keturunan Papua yang bercita-cita ingin mempunyai koteka sendiri ini termasuk salah seorang yang paling usil diantara kami. Keusilannya benar-benar tidak bisa ditebak dan suka sekali mengongek (mengejek untuk hiburan) temen-temen. Guntur juga sekali melakukan hal-hal aneh, seperti :
1. mengupil depan temen-temen dan melemparkan upilnya.
2. teriak-teriak yang tidak jelas dikelasnya, maksudnya seh mau menyanyikan sebuah lagu tapi yang terlihat orang-orang malah seperti tuyul yang kesurupan.
3. kentut di depan orang banyak dan dengan muka tanpa dosa dia pergi begitu saja meninggalkan bau yang tidak menyenangkan.
4. melakukan hal-hal gila yang salah satunya mungkin sudah gue tulis di chapter sebelumnya.
5. dan masih banyak lagi yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Mungkin anda sekalian akan heran sekali kalau bertemu dia. Kenapa?? Bila kalian pernah menonton film The Lord of The Ring, pasti kalian tahu tentang hobbit, maka kalian akan melihat guntur seperti hobbit di dunia nyata. Yah, memang kenyataannya sosok guntur ini memiliki tinggi yang tidak lebih dari 150 cm dan hal ini lah yang menjadi bahan bagi gue dan temen-temen untuk balas mengongek dia. Bila sudah terlampau kesal dan tidak bisa membalas kongekan kami maka dia pun berkata, "liat aja kalau gue tinggi, gue injak-injak kalian.". Kalimat ini merupakan kalimat favorit dia yang selalu diucapkan kalau ada yang selalu melecehkan tinggi badannya dan karena terlalu sering diucapkan oleh dia maka maka gue dan temen-temen sampai hapal.

Walaupun seperti itu, guntur tetap mempunyai pesona tersendiri baik sebagai seorang pria maupun sebagai seorang teman. Dia mudah sekali akrab dengan seorang wanita walaupun sebenarnya dia ini seperti mempunyai kepribadian ganda, kalau sama pria dia akan bergaul dengan segila-gilanya sampai-sampai gue dan temen-temen heran, dia ini punya kemaluan atau tidak yah karena benar-benar tidak tahu malu dan memalukan tapi lain halnya bila bersama wanita, dia akan menjadi sosok yang sedikit sopan santun dan penuh wibawa. Bila guntur menjalin hubungan dengan seorang wanita, dia akan selalu berusaha serius dan sebagai pria penuh pesona dia begitu mudah akrab dengan keluarga dari wanita tersebut (hal ini yang membuat gue iri karena gue tidak bisa seperti itu) tetapi sayang kawan, cintanya selalu kandas dan menyisakan luka tersendiri baginya.
Sebagai seorang teman, walaupun penuh kegilaan, dia merupakan teman yang dapat dihandalkan dalam berbagai kondisi. Dia rela menjemput teman-teman yang lain ketika tidak ada kendaraan, rela berkorban menolong teman dalam kesusahan, dan mempunyai jiwa solidaritas yang tinggi, hal inilah yang paling gue suka dari dia. Percaya atau tidak, dia merupakan teman berbuat kejahilan yang menyenangkan (baca chapter sebelumnya).

Gue melihat guntur sebagai pribadi yang berselera tinggi. Dia menyenangi musik aliran punk dan sempat membentuk band punk metal blukutuk dan hanya tertarik pada wanita yang dia anggap bisa menemani sisi terang dan gelap dari dia. Kadang gue suka mengingatkan untuk jangan terlalu mengorbankan diri demi wanita tapi tetap saja dia berbuat lebih untuk setiap wanita yang berhubungan dengannya, sebenarnya gue tidak tahan kalau melihat dia putus cinta karena cuma mengingatkan gue dengan masa lalu gue dengan wanita pertama. Herannya, wanita silih berganti datang kepada makhluk hobbit dengan tinggi 150 cm ini. Mungkin karena gayanya yang tampil lepas dan menyenangkan. Dia mempunyai kemiripan dengan gue dalam hal rasa, "kamu akan melihat senyumku tapi takkan melihat lukaku", ya, kami tipe pria yang takkan menunjukkan sedih. Gue dan guntur juga mempunyai kesamaan hobi, yaitu motor. Kami hobi memodifikasi motor hanya saja sayang terbentur dengan modal.hehehehe. Kemiripan yang lain adalah kami benar-benar menyukai tantangan untuk berbuat konyol.

Tulisan ini sengaja gue buat untuk selalu mengenang Guntur Pradipta Gantira, teman dalam terang dan gelap.
mirip ariel peterpan gak???
wkwkwkwk