metafora kehidupan

metafora kehidupan
cara pandang kita menentukan pikiran kita

Minggu, 07 Maret 2010

Perkataan Seorang Sahabat

Suatu malam, gue terpikir membeli martabak telor untuk dijadikan cemilan karena temen-temen lagi pada kumpul ditempat gue. Gue pergi sama Baskoro ke tukang martabak di daerah TELKOM jalur 2 Way Halim. Penjualnya ramah, martabaknya lumayan enak, dan yang terpenting murah. Hehehehe. Gue pesen yang sedang saja karena uang dikantong lagi bener-bener tipis tapi Baskoro malah pesen paket yang paling mahal dan bersedia membayarnya. Gue terang saja merasa tidak enak dan gue bilang kepada dia, "Bas, uang loe tuh sekali-sekali di tabung buat masa depan. Loe punya masa depan yang mesti loe sambut. 'Gak usah mentraktir kita terus.".
Memang pada kenyataannya, Baskoro paling sering mentraktir kami cemilan-cemilan pada saat kumpul-kumpul karena dia lah orang pertama diantara gue dan temen-temen yang bekerja di sektor formal, kepolisian.

"Tenang saja Wan, kalian khan belum pada kerja. Apa yang gue berikan buat kalian juga InsyaAllah diganti sama Yang Di Atas. Gue memberi kalian segini, gue dikasih lebih sama Tuhan makanya gue tidak pernah merasa kekurangan. Ini adalah rezeki kalian yang dititipkan lewat gue.", jawab Baskoro sambil langsung membayar martabak telor tersebut.

Gue cuma bisa terdiam. Orangnya bukan dari keluarga kaya tapi hati penuh kekayaan. Jika kekayaan materi tidak kita miliki, maka perkayalah diri dengan iman, ilmu dan hati yang besar. Itu yang membuat seorang manusia bernilai..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar