metafora kehidupan

metafora kehidupan
cara pandang kita menentukan pikiran kita

Jumat, 23 April 2010

Keluarga Besar #1

Di saat gue butuh motivasi diri dan gue hanya bisa melamun di kamar, tiba-tiba gue terbayang sosok temen-temen gue. Terlintas kembali bagaimana perjuangan mereka dalam meraih cita-cita dan demi arti sebuah kata, istimewa.

Baskoro, pria penjunjung kepercayaan ini, dari SMA bercita-cita ingin jadi seseorang yang berseragam. Dia mulai mendaftar di Akademi Militer dan Secaba POLRI. Gue juga sama dengan dia, impian kami yang paling konyol adalah datang ke SMA 9 dengan seragam dan motor gede. Hahaha.. Di ujian AKMIL dia gagal dan berlanjut di Secaba bersama gue. Gue dan dia selalu bersama-sama di setiap tes dan dari 7 tes gue hanya bisa menemani dia sampai tes ke-6. Intinya gue gagal. Dia tetap berlanjut hingga lolos dalam tes penjaringan Secaba dan mengikuti pendidikannya. Gue sangat bangga sama dia, dari beberapa ratus yang diterima hanya 4% yang lulus murni tanpa pakai uang dan dia salah satunya. Salut buat Pria sederhana yang paling hobi berantem ini. Dan sekarang motivasinya selalu ingin melanjutkan pendidikan hingga menjadi seorang perwira. Dia juga sudah mengambil Sarjana dan tinggal skripsi lagi. InsyaAllah lulus tahun ini bersama-sama temen-temen yang lain yang lebih dulu kuliah. Hahahaha.. Pria ini tak pernah berhenti di satu tempat. Dia terus berjuang untuk hidup yang lebih baik. Sekarang selain bekerja sebagai Polisi, dia juga berbisnis dan dengan itu dia sudah mampu membeli rumah dan mobil. Lanjutkan prestasimu kawan, gue 'gak mau kalah.

Oka, Pria berwajah polos nan innocent ini, sempat menghilang dari hadapan kami tanpa kabar. Entah beberapa bulan lamanya kami tidak mendapat kabar mengenai pria polos ini setelah lulus SMA. Yang terakhir kami dengar bahwa dia tidak lulus SPMB atau sekarang disebut SNMPTN dan dia mencoba untuk mengambil ekstensi UNILA, tapi kami dengar bahwa dia juga tidak lulus tes ekstensi. Kami sempat kebingungan mencari kabar pria tak kalah sederhana ini. Selang beberapa bulan, baru kami bertemu pria polos ini dan dia mengenakan seragam praja dari kampus IPDN. Betapa tercengangnya kami, Oka yang kami khawatirkan dimana dia berada, entah putus asa, mengurung diri atau bunuh diri (Oke yang ini agak berlebihan) dan ketika kami bertemu, sontak kami langsung menjabat tangannya dan memeluknya (jangan dibayangkan sebagai adegan homo. Hehehe..). Sekali lagi, persetan dengan kata-kata, kalau mau masuk kampus elit harus pakai duit, Oka pun membuktikannya bahwa dia bisa tanpa harus begitu. Bangga kami padamu kawan.. Sekarang dia sudah lulus dan menjadi pegawai golongan III A, paling tinggi diantara temen-temen yang lain, serta manjabat sebagai asisten Bupati di Lampung Barat. Tenang kawan, temen-temen yang lain menyusul untuk segera sukses. Inget janji-janji kita dulu, demi sebuah kata, istimewa.

Selagi merenung, gue menjadi bersemangat kembali mengejar mimpi...

#bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar