Terlintas kembali ingatan hampir 11 tahun yang lalu, dimasa-masa peralihan dari bocah SD nan lugu menjadi murid SMP pra binal. Awal masuk sekolah, gue terpikir untuk ikut organisasi. Berhubung gue suka berpetualang dan teman-teman sekelas banyak yang ikut, jadilah gue masuk ke sebuah wadah pemuda kreatif sejati yaitu Pramuka.
Maka untuk menyambut anggota-anggota baru diadakanlah sebuah acara spektakuler (menurut gue dan anak-anak pra binal yang masih bengong-bengong gak jelas kebanyakan di kelonin emak di rumah) yaitu Perjusami, Perkemahan Jumat Sabtu Minggu.
Hari #1 (Jumat)
Masih kebawa suasana rumah, alat-alat dibawa lengkap :
1. Baju dan daleman beberapa puluh stel + beberapa diantaranya baru beli, serasa mau liburan aja (not recommended);
2. Kacamata hitam punya Umi;
3. Kamera analog (belum jaman man camdig);
4. Peralatan liburan lainnya.
Gue gak tahu kalo disana itu bakal repot banget ngurusin barang-barang. Tapi Alhamdulillah ketika pulang, gue dapat kolor beberapa stel entah punya siapa.Hehehehe
Tenda di bagi per regu dan gue tergabung dalam regu yang diisi oleh orang-orang nan imbisil, regu ini namanya REGU KOMODO. Regu ini dipimpin oleh seorang laki-laki brewokan culun (buset dah SMP aja ini anak udah brewokan), Bima Haria Putra. Suasana hari itu masih santai dan dibawa ngobrol-ngobrol aja.
Hari #2 (Sabtu)
Gue dan Andreas dapat giliran piket pagi untuk jagain tenda. Sambil masak nasi buat sarapan, gue beres-beres tenda yang sudah kaya' kapal pecah. Andreas ke kali (sungai) entah ngapain. Kita berdua gak ada yang sadar kalau nasi itu sudah gosong gak karuan. Alhasil sarapan pagi waktu itu kerak nasi + mie yang minta-minta dari tenda sebelah karena gue sama Andreas juga gak masak mie. Sore hari dilewati dengan bermain air di kali. Anak-anak saling cipratan air dengan romantisnya sambil sesekali menghindar kalau ada tokai (baca:tai) lewat. Yah beginilah dapat jatah berenang di bagian hilir. Sedang yang di hulu dengan semena-mena tanpa merasa berdosa membuang ranjau air tersebut. Selesai berenang, gue tumpuk aja baju basah dipinggir tenda, besok khan bisa dipakai lagi pikir gue. Jam 8an malam, semua orang berpesta di depan api unggun dengan menampilkan keahlian regu masing-masing. Tak mau ketinggalan regu imbisil pimpinan Bima pun menyumbangkan sebuah lagu walaupun sebenarnya gak terlalu pantas disebut sebagai lagu karena kita sendiri gak tahu apa yang kita nyanyiin. Tapi Alhamdulillah dapat tepuk tangan lumayan meriah tanda kasihan dari para penonton.
Tengah malam kami semua dibangunkan secara paksa oleh senior-senior. Kami dipaksa berpakaian Pramuka lengkap tanpa diberi penerangan yang cukup. Alhasil, ada yang kaus kaki dipakai sebagai dasi, atribut gak lengkap karena dicari gak ketemu, ada yang pakai sepatu kiri semua malah ada yang lupa pakai sepatu karena gugupnya. Gue sendiri untungnya bisa lengkap sehingga gak dibentak-bentak. Dinihari itu kami disuruh hiking/jalan malam menuju pos-pos yang telah disediakan senior, katanya inilah ujian kami supaya menjadi keluarga besar Pramuka. Malam itu kami saling bahu-membahu menembus gelapnya malam dan lebatnya pepohonan di Bumi Perkemahan tersebut. Tiba-tiba, Beben tergelincir di jalan setapak waktu mendaki tebing. Untungnya gue dan teman-teman yang lain sigap megang tangan dia sehingga dia tidak jadi terjun bebas dari tebing tersebut. Alhamdulillah dia cuma luka-luka aja. Kejadian itu membuat yang lain berpikir dan bertindak hati-hati dalam menentukan langkah. Karena kita tidak tahu apa yang akan menanti kita di depan. Ibaratnya kita berjalan didalam gelap malam tanpa penerangan dan kita hanya bisa melihat samar-samar ataupun menduga-duga apa yang ada di depan. Inilah yang seringkali kita sebut prediksi.
Maka untuk menyambut anggota-anggota baru diadakanlah sebuah acara spektakuler (menurut gue dan anak-anak pra binal yang masih bengong-bengong gak jelas kebanyakan di kelonin emak di rumah) yaitu Perjusami, Perkemahan Jumat Sabtu Minggu.
Hari #1 (Jumat)
Masih kebawa suasana rumah, alat-alat dibawa lengkap :
1. Baju dan daleman beberapa puluh stel + beberapa diantaranya baru beli, serasa mau liburan aja (not recommended);
2. Kacamata hitam punya Umi;
3. Kamera analog (belum jaman man camdig);
4. Peralatan liburan lainnya.
Gue gak tahu kalo disana itu bakal repot banget ngurusin barang-barang. Tapi Alhamdulillah ketika pulang, gue dapat kolor beberapa stel entah punya siapa.Hehehehe
Tenda di bagi per regu dan gue tergabung dalam regu yang diisi oleh orang-orang nan imbisil, regu ini namanya REGU KOMODO. Regu ini dipimpin oleh seorang laki-laki brewokan culun (buset dah SMP aja ini anak udah brewokan), Bima Haria Putra. Suasana hari itu masih santai dan dibawa ngobrol-ngobrol aja.
Hari #2 (Sabtu)
Gue dan Andreas dapat giliran piket pagi untuk jagain tenda. Sambil masak nasi buat sarapan, gue beres-beres tenda yang sudah kaya' kapal pecah. Andreas ke kali (sungai) entah ngapain. Kita berdua gak ada yang sadar kalau nasi itu sudah gosong gak karuan. Alhasil sarapan pagi waktu itu kerak nasi + mie yang minta-minta dari tenda sebelah karena gue sama Andreas juga gak masak mie. Sore hari dilewati dengan bermain air di kali. Anak-anak saling cipratan air dengan romantisnya sambil sesekali menghindar kalau ada tokai (baca:tai) lewat. Yah beginilah dapat jatah berenang di bagian hilir. Sedang yang di hulu dengan semena-mena tanpa merasa berdosa membuang ranjau air tersebut. Selesai berenang, gue tumpuk aja baju basah dipinggir tenda, besok khan bisa dipakai lagi pikir gue. Jam 8an malam, semua orang berpesta di depan api unggun dengan menampilkan keahlian regu masing-masing. Tak mau ketinggalan regu imbisil pimpinan Bima pun menyumbangkan sebuah lagu walaupun sebenarnya gak terlalu pantas disebut sebagai lagu karena kita sendiri gak tahu apa yang kita nyanyiin. Tapi Alhamdulillah dapat tepuk tangan lumayan meriah tanda kasihan dari para penonton.
Tengah malam kami semua dibangunkan secara paksa oleh senior-senior. Kami dipaksa berpakaian Pramuka lengkap tanpa diberi penerangan yang cukup. Alhasil, ada yang kaus kaki dipakai sebagai dasi, atribut gak lengkap karena dicari gak ketemu, ada yang pakai sepatu kiri semua malah ada yang lupa pakai sepatu karena gugupnya. Gue sendiri untungnya bisa lengkap sehingga gak dibentak-bentak. Dinihari itu kami disuruh hiking/jalan malam menuju pos-pos yang telah disediakan senior, katanya inilah ujian kami supaya menjadi keluarga besar Pramuka. Malam itu kami saling bahu-membahu menembus gelapnya malam dan lebatnya pepohonan di Bumi Perkemahan tersebut. Tiba-tiba, Beben tergelincir di jalan setapak waktu mendaki tebing. Untungnya gue dan teman-teman yang lain sigap megang tangan dia sehingga dia tidak jadi terjun bebas dari tebing tersebut. Alhamdulillah dia cuma luka-luka aja. Kejadian itu membuat yang lain berpikir dan bertindak hati-hati dalam menentukan langkah. Karena kita tidak tahu apa yang akan menanti kita di depan. Ibaratnya kita berjalan didalam gelap malam tanpa penerangan dan kita hanya bisa melihat samar-samar ataupun menduga-duga apa yang ada di depan. Inilah yang seringkali kita sebut prediksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar